Berdasarkan data teranyar World Life Expectancy, Indonesia termasuk negara dengan tingkat kematian akibat penyakit paru-paru tertinggi di dunia. Dalam daftar lembaga survei kesehatan internasional itu, Indonesia menduduki peringkat ke-14 dari 192 negara yang disurvei.
Maklum, tingkat kematian akibat penyakit paru-paru di negara ini terus meningkat mencapai 53 orang per 100.000 penduduk setiap tahun.
Sebagai perbandingan, tingkat kematian akibat penyakit ini di Vietnam jauh lebih kecil daripada Indonesia, yakni 46,6 orang per 100.000 penduduk.
Salah satu faktor tingginya tingkat kematian penyakit paru-paru di Indonesia, menurut Wiwien Heru Wiyono, pulmonolog (ahli penyakit paru-paru dan pernapasan) Rumahsakit Persahabatan, Jakarta, pengetahuan masyarakat yang minim. Alhasil, penanganan penyakit ini tidak optimal. Masyarakat belum mampu mengenali gejala maupun pengobatan atas penyakit paru-paru.
Wiwien menjelaskan, orang janganlah menganggap remeh batuk-batuk kecil yang berulang dan sering. "Orang yang mengalami batuk-batuk ini hanya meminum obat-obatan yang dijual bebas, seperti obat batuk," imbuhnya. Padahal, gejala kecil ini merupakan pertanda kanker, yang termasuk penyakit paru-paru.
Masyarakat sangat rentan mengidap penyakit paru-paru karena kualitas udara yang buruk, terutama di kota-kota besar. Achmad Hudoyo, pulmonolog Rumah Sakit Persahabatan, bilang, setiap orang perlu memperhatikan kondisi sekitarnya, baik lingkungan rumah maupun pekerjaan. "Stop merokok. Kemudian gunakan masker untuk menghindari virus atau bakteri di udara bebas," tukas dia.
Kenali gejalanya
Selama ini orang mungkin hanya mengenal kanker paru-paru sebagai pencabut nyawa tercepat bagi penderitanya. Padahal, ada bermacam-macam gangguan atau penyakit paru.
Antara lain, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Ini merupakan penyakit paru-paru kronis yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas. Hambatan ini bersifat progresif non-reversibel atau reversibel parsial.
PPOK terdiri dari penyakit bronkitis kronis dan emfisema atau gabungan dari keduanya. Bronkitis kronis adalah kelainan pada saluran napas yang ditandai dengan batuk kronis berdahak. Masanya selama tiga bulan dalam satu tahun tanpa adanya pengaruh dari penyakit lain.
Sedangkan emfisema adalah kelainan anatomis paru-paru yang ditandai dengan pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal. Kelainan ini disertai kerusakan pada dinding alveoli.
Menurut Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma yang dirilis oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, seringkali penderita bronkitis kronis memperlihatkan tanda-tanda emfisema.
Gangguan pada paru-paru yang lain adalah asma. Ini merupakan penyakit akibat keadaan saluran napas sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran napas secara menyeluruh.
Di luar penyakit obstruksif, kita juga mengenal penyakit tuberkulosis atau TBC yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bersifat menular melalui percikan ludah saat penderita batuk.
Ada pula pneumonia yang disebabkan oleh infeksi pada jaringan paru (parenkim). Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri mycoplasma pneumoniae.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News