Keren! Ini satu-satunya gadis WNI insinyur autopilot mobil Tesla

Jumat, 04 Desember 2020 | 06:44 WIB Sumber: Kompas.com
Keren! Ini satu-satunya gadis WNI insinyur autopilot mobil Tesla

ILUSTRASI. Baru-baru ini, perusahaan mobil Tesla di Amerika Serikat meluncurkan fitur kecerdasan buatan swakemudi penuh atau Full-Self-Driving versi beta, yang kini sudah tersedia secara terbatas bagi para pengguna mobilnya. REUTERS/Fabrizio Bensch/File Photo


Moorissa beruntung bahwa keinginannya untuk terjun ke dunia sains didukung oleh keluarganya, yang melihat prestasi gemilangnya di bidang yang ia cintai ini. 

“Tapi sebenarnya yang bikin aku benar-benar tertarik untuk ke dunia ini adalah ayahku, karena aku benar-benar, (beranjak dewasa melihat Ayah sebagai inspirasi terbesar dalam hidupku)." "Dia seorang insinyur elektrik dan entrepreneur, dan aku bisa ngeliat kalau teknik-teknik insinyur, itu benar-benar fun, penuh tantangan, dan itu aku suka,” ceritanya. 

Walau begitu Moorissa mengatakan, ia merasa beruntung karena tidak pernah mengalami diskriminasi atau perbedaan di dunia kerja yang masih didominasi oleh laki-laki ini. Meskipun menurutnya, perempuan cenderung lebih “nurut” dan mengiyakan. 

“Mungkin ini karena saya dibesarkan di Indonesia, jadi juga sering ngomong sorry dan mungkin ini bukan cuman cewek aja, tapi minoritas-minoritas di bidang yang tertentu, gitu." "Jadi self-esteem (rasa percaya diri) kita juga bisa turun, karena kita representing a minority (mewakili minoritas),” ungkapnya. 

Mengingat masih jarang terlihat perempuan yang terjun ke dunia STEM, Moorissa melihat kurangnya panutan perempuan di dunia STEM sebagai “tantangan yang paling besar.” Hal ini menyebabkan kurangnya motivasi terhadap perempuan untuk mencapai posisi eksekutif, khususnya di dunia teknologi dan otomotif. 

“Karena jarang ya, untuk bisa melihat posisi itu adalah perempuan, karena memang enggak ada, gitu. Hampir enggak ada,” ucap Moorissa. 

Pernyataan ini dudukung juga oleh Brenda Ekwurzel, seorang ilmuwan senior di bidang iklim, yang juga adalah Director of Climate Science untuk program iklim dan energi di lembaga Union of Concerned Scientists di Washington DC. 

Menurutnya, kurangnya arahan yang diberikan mengenai karier di bidang STEM adalah salah satu faktor kendala. “Tidak punya mentor ketika kamu sedang mempelajari perjalanan karier yang berbeda dan mencari tahu apa yang perlu dilakukan untuk bisa sukses." 

"Sebagai ilmuwan tidak hanya perlu mengerti soal sains dan melakukan penelitian. Ada banyak hal lainnya, seperti bagaimana mencari dana dan apa yang perlu dilakukan,” jelasnya kepada VOA. 

Kini, dengan semakin banyak perempuan yang menempuh pendidikan secara formal dan berhasil sukses, perlu adanya lebih banyak arahan dan dukungan yang bisa meningkatkan karier mereka. “Cari orang yang dapat membantumu, siapa pun mereka. Bertanya jika punya pertanyaan,” tambah Ekwurzel. 

Moorissa pun tetap optimistis, terutama dengan adanya berbagai organisasi yang meningkatkan pemberdayaan perempuan di bidang STEM, seperti Society of Women Engineers. “Ini sangatlah penting untuk generasi kita di masa depan,” tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Moorissa Tjokro, Satu-satunya Gadis WNI Insinyur Autopilot Mobil Tesla"

Editor : Aditya Jaya Iswara
 

Selanjutnya: Layak jadi panutan, ini 6 sifat dan kebiasaan miliarder dunia

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru