Keren! Ini satu-satunya gadis WNI insinyur autopilot mobil Tesla

Jumat, 04 Desember 2020 | 06:44 WIB Sumber: Kompas.com
Keren! Ini satu-satunya gadis WNI insinyur autopilot mobil Tesla

ILUSTRASI. Baru-baru ini, perusahaan mobil Tesla di Amerika Serikat meluncurkan fitur kecerdasan buatan swakemudi penuh atau Full-Self-Driving versi beta, yang kini sudah tersedia secara terbatas bagi para pengguna mobilnya. REUTERS/Fabrizio Bensch/File Photo


Bekerja hingga 70 jam seminggu 

Fitur Full-Self-Driving ini adalah salah satu proyek terbesar Tesla yang ikut digarap oleh Moorissa, yang merupakan tingkat tertinggi dari sistem autopilot, di mana pengemudi tidak perlu lagi menginjak pedal rem dan gas. 

“Karena kita pengin mobilnya benar-benar kerja sendiri. Apalagi kalau di tikungan-tikungan. Bukan cuman di jalan tol, tapi juga di jalan-jalan yang biasa,” tambah perempuan yang hobi melukis di waktu senggangnya ini. 

Moorissa mengaku bahwa proses penggarapan fitur ini “benar-benar susah” dan telah memakan jam kerja yang sangat panjang, khususnya untuk tim autopilot, mencapai 60-70 jam seminggu.

Baca Juga: Peta Persaingan Pasar Mobil Listrik di Indonesia

Walau belum pernah berinteraksi secara langsung dengan CEO Elon Musk, banyak pekerjaan Moorissa yang khusus diserahkan langsung kepadanya. “Sering ketemu di kantor dan banyak bagian dari kerjaan saya yang memang untuk dia atau untuk dipresentasikan ke dia,” ceritanya. 

Mengingat tugasnya yang harus menguji perangkat lunak mobil, sebagai karyawan Moorissa dibekali mobil Tesla yang bisa ia gunakan sehari-hari. “Karena kerjanya dengan mobil, juga dikasih perk (keuntungan) untuk drive mobilnya juga ke mana-mana, biar bisa di-testing,” jelas Moorissa. 

Perempuan di dunia STEM masih jarang Prestasi Moorissa di dunia STEM (Sains, Teknologi, Teknik/Engineering, Matematika) memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Tahun 2011, saat baru berusia 16 tahun, Moorissa mendapat beasiswa Wilson and Shannon Technology untuk kuliah di Seattle Central College. 

Baca Juga: Khusus buat pemula, simak tips dari Jeff Bezos dalam berbisnis

Pada waktu itu ia tidak bisa langsung kuliah di institusi besar atau universitas di Amerika, yang memiliki persyaratan umur minimal 18 tahun. Tahun 2012, Moorissa yang telah memegang gelar Associate Degree atau D3 di bidang sains, lalu melanjutkan kuliah S1 jurusan Teknik Industri dan Statistik, di Georgia Institute of Technology di Atlanta. 

Selain aktif berorganisasi di kampus, berbagai prestasi pun berhasil diraihnya, antara lain President’s Undergraduate Research Award dan nominasi Helen Grenga untuk insinyur perempuan terbaik di Georgia Tech. Tidak hanya itu, ia pun menjadi salah satu lulusan termuda di kampus, di umurnya yang baru 19 tahun, dengan predikat Summa Cum Laude.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru