Kisah menarik Agus Martowardojo, bankir yang jadi tukang bersih bank-bank bermasalah

Rabu, 04 September 2019 | 09:26 WIB Sumber: Kompas.com
Kisah menarik Agus Martowardojo, bankir yang jadi tukang bersih bank-bank bermasalah

ILUSTRASI. AGUS MARTOWARDOJO


TOKOH - JAKARTA. Mantan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menceritakan kisahnya meniti karir selama 25 tahun sebagai bankir hingga akhirnya masuk dalam jajaran birokrat dalam negeri.

Dia mengatakan, selama hidupnya Agus Marto muda selalu menjalankan nilai-nilai yang ditanamkan oleh ayahnya untuk selalu memasang kaki-kaki yang kuat dalam menghadapi segala hal.

"Ayah saya kalau ketemu dengan saya selalu mengatakan 'Agus dalam segala macam kondisi, kamu harus punya kaki yang kuat'.  Itu tentu prinsip integritas dalan keadaan senang, sedih, dan bahagia, harus punya kaki-kaki kuat," ujar Agus dalam peluncuran biografinya yang berjudul Agus Martowardojo, Pembawa Perubahan di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Senin (2/9).

Baca Juga: Agus Martowardojo terima penghargaan prestasi kepemimpinan tertinggi The Asian Banker

Selain itu, ayahnya juga berpesan agar dirinya tidak membebani orang lain. Adapun dari sisi Ibunya, satu hal yang dia ingat, sang ibu selalu memberikan pengaruh positif kepada anak-anaknya.

Sebagai anak terakhir dari enam bersaudara Agus mengingat sosok ibunya yang selalu bisa melihat peluang dan memiliki jiwa entreprenenurship yang tinggi. "Ibu saya berani bangkit ketika gagal, ini saya lihat sebagai skill entrepreneurship. Jadi bukan hanya di dunia usaha, tapi juga sektor privat," ujar dia.

Dalam 25 tahun karirnya sebagai bankir dan delapan kali pindah institusi, Agus Marto harus menghadapi berbagai kondisi menantang termasuk krisis dan memperbaiki kinerja sebuah institusi.

Baca Juga: Begini penjelasan Mantan Menkeu Agus Martowardojo usai diperiksa KPK

Awal Karier

Agus Marto mengawali karirnya di Bank Niaga pada tahun 1985. Di awal karirnya, Agus diminta untuk menangani masalah kredit macet yang melanda Bank Niaga pada tahun 1991 yang bisa membuat salah satu bank swasta itu merugi hingga Rp 70 miliar. Agus Marto pun ditugaskan ke Surabaya.

"Penugasan ke Surabaya rupanya menandai awal dari garis nasib Agus Marto di perbankan: menjadi tukang bersih-bersih yang membereskan penyakit yang membelit perbankan," tulis buku biografi tersebut.

Setelahnya, Agus Marto pindah ke Bank Bumiputera yang kala itu memiliki masalah kerugian hingga bangunan gedung sekaligus bisnis asuransinya dijaminkan agar kondisi keuangan perbankan sehat.

"Saya hadir di sana, kita semua menyelesaikan masalah di sana selama 7 bulan perusahaan yang tadinya rugi setiap bulan kita kembalikan hingga modalnya kembali biru dan bangkit kembali untuk menjalankan tugas intermediasi," ujar dia.

Baca Juga: KPK panggil mantan Menteri Keuangan Agus Martowardojo terkait kasus e-KTP

Pindah ke Bank Mandiri

Setelah itu, memasuki tahun 1998, Agus Marto pindah ke Bank Mandiri yang kala itu masih dalam proses merger empat bank besar. Usai digabung, Bank Mandiri menghadapi masalah kredit macet (non perfroming value/NPL) hingga 6%.

"Konsultan internasional menyebut butuh waktu 4 tahun untuk menggabung 4 bank, kita selesaikan 7 bulan. Dan Agustus sudah merger dan memperoleh suntikan pemerintah dengan persetujuan DPR Rp 175 triliun. Itu uang tahun 1997 mungkin sekarang Rp 1.750 triliun," ujar dia.

Kemudian dirinya masuk ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan dimandatkan untuk melakukan proses merger 5 bank besar menjadi Bank Permata.

"Dilakukan secara cepat penyehatan Bank Permata, NPL saat itu 25 persen nettonya 15% dalam 2 tahun bisa diturunkan jadi gross 3,6% dan netto 1,6% dan bisa dikembalikan jadi bank pelayanan terbaik nasional," ujar dia.

Baca Juga: AKR Corporindo (AKRA) angkat Agus Martowardojo sebagai komisaris

Kemudian dirinya kembali ke Bank Mandiri lantaran setelah 5 tahun mendapatkan dana bailout dari pemerintah NPL bank pelat merah tersebut melesat jadi 25% dan profitnya pun merosot tinggal Rp 600 miliar.

"Kami melakukan upaya perbaikan Mandiri dan dalam 2 tahun NPL bisa turun 7%, netto 1,5%. Bank itu bisa memperbaiki good corporate governance, bahkan kadi bank dengan pelayanan terbaik dari 2007 dan terus dipertahankan sampai 2017," kenang Agus Marto.

Baca Juga: Agus Martowardojo jelaskan soal penganggaran dan kontrak multi years kepada KPK

Menjabat Menteri Keuangan dan Gubernur BI

Kemudian di 2010, dia ditugaskan menjadi Menteri Keuangan untuk menggantikan Sri Mulyani yang memilih menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia di Washington AS. Lagi-lagi, Agus Marto dihadapkan pada kondisi yang tak mudah.

"Saat itu yang membuat shock adalah kasus Gayus Tambunan, itu jadi beban moral berat karena reputasi kasus itu. Oleh karena itu kami lanjutkan reformasi birokrasi, dan juga 2011 sampai 2013 rata-rata harga minyak dunia di atas US$ 100 per barrel, APBN defisit besar, kami terys menerus melakukan negosiasi dengan DPR dan para menteri untuk memperkuat fiskal," ujar dia.

Tak tuntas jalankan tugas sebagai Menteri Keuangan, di 2013 Agus Marto diangkat sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI). Setidaknya terdapat tiga hal yang dia lakukan di masa-masa awal jabatannya. Yaitu mengalihkan pengawasan bank individual ke OJK, menghadapi taper tantrum, dan mengeluarkan Indonesia dari negara fragile five atau 5 negara terentan krisis kala itu.

Baca Juga: Sri Mulyani: Investasi penting untuk percepatan pertumbuhan ekonomi

"Kita bisa mengatasi itu dan di Financial Times, BI termasuk dari satu hingga dua bank sentral the guider, memberikan pemandu mengenai bagaimana kebijakan moneter dan ekonomi ke depan sehingga kita keluar dari fragile five," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Agus Marto, Bankir yang Jadi Tukang Bersih-bersih Bank Bermasalah
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Bambang Priyo Jatmiko

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru