JELAJAH EKONOMI PARIWISATA - JAKARTA. Nama Labuan Bajo mendadak naik daun sekitar delapan tahun lalu. Ketika itu, tahun 2011, Pulau Komodo terpilih menjadi salah satu tujuh keajaiban dunia, versi New7Wonders. Sontak, mata masyarakat internasional melirik pulau di sebelah barat Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, yang dihuni oleh binatang purba komodo.
Demam pariwisata pun menggeliat di antara masyarakat Labuan Bajo, yang mata pencaharian utamanya berkebun, bertani dan nelayan. Ada petani kopi, vanili dan cengkih. Seiring masuknya turis-turis mancanegara, penduduk mulai memiliki cadang mata pencaharian berbasis ketrampilan , terutama nelayan yang menjala di sekitaran Pulau Komodo. Misal, membuat patung komodo.
Melihat keajaiban Pulau Komodo dan penghuninya ini, pemerintah berani menjadikan Pulau Komodo sebagai destinasi wisata premium. Apalagi, Juni lalu, Kementerian Pariwisata telah menetapkan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata super prioritas.
Pemerintah daerah setempat tak khawatir wisatawan menilai Pulau Komodo sebagai objek wisata mahal lantaran menyandang status premium. Kami ingin, yang berduit, yang kantong tebal, yang membayar tiket masuk Pulau Komodo, terselip harga diri, martabat, gengsi. Ini menunjukkan, kalau saya ke Pulau Komodo berarti saya uangnya banyak, kata Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch Dula, Selasa (27/8).
Plh Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo Flores Frans Teguh menjelaskan, pariwisata premium itu artinya berkelas dunia. Setidaknya, ada tiga hal yang ditawarkan kepada wisatawan: privasi, kualitas, unik dan otentik.
Jadi premium bukan sekadar wisata luxury berbintang 5 dan 6. Tapi bisa dengan desa wisata, yang berkualitas, di mana wisatawan bisa mendapatkan privasi dan wisata otentik yang tidak ada di tempat lain, kata dia.
Wisatawan yang mencari hal ini, umumnya, juga memiliki kemampuan cukup untuk membiayai akomodasi hotel, kapal, kuliner dan membeli hasil olahan masyarakat lokal, serta peduli lingkungan. Dengan begitu, pariwisata pun akan membawa kesejahteraan kepada warga lokal.
Untuk menggaet wisatawan segmen ini, pengembangan sebagai kawasan premium dilakukan bertahap. Pertama, diterapkan pada Pulau Komodo. Lalu selanjutnya pada semua kawasan di bawah pengelolaan Taman Nasional Komodo (TNK), darat maupun bahari. "Jadi, nantinya, Pulau Komodo itu eksklusif, sedangkan sisanya, TNK seperti Pulau Rinca, terbatas," kata Frans.
Pengembangan kawasan premium juga akan diperluas ke Labuan Bajo dan terakhir seluruh Flores. Oiya, TNK merupakan kawasan yang meliputi wilayah daratan dan lautan seluas 173.000 hektare (ha).
Ada lima pulau utama, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Gili Motang, Nusa Kode dan pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan itulah yang dinyatakan sebagai TNK untuk komodo dan habitatnya. Aktivitas di TNK bukan sekadar melihat komodo, tapi juga wisata bahari seperti berlayar, snorkeling, dan diving.
"Labuan Bajo akan menjadi hub. Di mana wisatawan yang mau ke TNK nantinya harus mendaftar ke Labuan Bajo dulu, kata Frans. Setelah mendaftar secara online, wisatawan yang menunggu kesempatan ke TNK bisa mengeksplorasi wisata Labuan Bajo, bahkan Flores seluruhnya.
Berbenah cepat
Dula mengakui, pihaknya tak bisa sekadar membatasi pengunjung. Manggarai Barat harus berubah untuk mengatasi banyak kekurangan, mulai dari pasokan listrik, air bersih, infrastruktur dan transportasi. "Kami harus berubah agar kondisi saat ini bisa mengimbangi popularitas yang tinggi," kata dia.
Bersama dengan pemerintah pusat, Manggarai Barat kini membangun fasilitas dan utilitas. Manggarai, pada tahun ini, akhirnya memiliki pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) berkapasitas 20 megawatt (MW). Tahun depan, akan dibangun satu lagi fasilitas water treatment.
Pemda juga ingin memperpanjang landasan pacu (runway) Bandara Komodo menjadi 400 meter, agar layak menjadi bandara internasional. Pemda juga mendirikan marina, yaitu area komersil dengan hotel, pusat perbelanjaan dan kuliner, serta dermaga untuk kapal-kapal wisata.
Karena itu, Manggarai Barat menetapkan pariwisata menjadi lokomotif penggerak ekonomi. Semua sektor bakal berorientasi pada pariwisata, termasuk sektor perkebunan, pertanian dan penangkapan ikan. Sektor tersebut didorong agar memadai dan mendukung sektor pariwisata. "Dalam dua-tiga tahun ke depan, semua kebutuhan restoran diharapkan bisa disuplai dari masyarakat tani Manggarai Barat," kata Dula.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News