Literasi keuangan masih sangat rendah di Indonesia

Rabu, 01 Desember 2021 | 17:26 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Literasi keuangan masih sangat rendah di Indonesia

ILUSTRASI. Perencanaan keuangan. Literasi keuangan masih sangat minim di Indonesia.


Ilya juga menyampaikan bahwa fenomena fintech di Indonesia ditunjukkan dengan, penggunaan PayLater yang sudah dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, geliat ekonomi digital di Era Pandemi, dan bertumbuhnya Peer to Peer (P2P). 

Hadirnya fintech membawa beberapa harapan bagi perkembangan aspek keuangan di Indonesia, yakni mengubah governance menjadi lebih baik,  mendorong inklusi keuangan “Sehingga masyarakat dapat memiliki akses ke berbagai layanan keuangan formal, yang berkualitas, tepat waktu, lancar dan aman” kata Ilya.

Disisi lain Triyono Gani, kepala grup inovasi keuangan digital OJK menjelaskan bahwa terdapat ekosistem dalam aspek keuangan. Kita tidak dapat mengelak bahwa sudah ada pemain-pemain awak dalam suatu ekosistem. Apabila terdapat pendatang baru, maka ia harus menyesuaikan, permasalahannya adalah ia diterima atau tidak.  

Baca Juga: Pemerintah dorong pembangunan infrastruktur jaringan 5G

“Walaupun fintech prinsip dasarnya sebagai penyedia jasa keuangan, namun fintech tetaplah pendatang baru. Sehingga fintech sebagai pendatang baru harus berperilaku baik, supaya tidak diperangi, dikucilkan” tambah Triyono.

Triyono menekankan bahwa sangat penting untuk menata pembagian governance. Dimana, saat ini OJK Berusaha melakukan pemisahan dan pemilahan supaya tidak terjadi disrupsi. Walaupun tidak dihindarkan untuk beberapa area dan akan menimbulkan irisan masing industri jasa keuangan memiliki porsi yang sama sesuai peranan. 

“OJK sangat mendukung adanya kolaborasi dan menentang adanya head to head competition.” ucap salah satu penulis Buku Ekosistem Fintech Di Indonesia.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru