Melihat jejak Kesultanan Buton di Wakatobi, benteng hingga kain tenun nan menawan

Rabu, 28 Agustus 2019 | 11:28 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Melihat jejak Kesultanan Buton di Wakatobi, benteng hingga kain tenun nan menawan

ILUSTRASI. Kain Tenun Homoru


“Sebelumnya, ibu-ibu ini menenun kain di bagian belakang rumah. Seiring ramainya wisatawan, kami selaku penyedia jasa tour meminta untuk menenun di depan rumah untuk menarik turis,” kata Nasrul, pemilik jasa tour Explore Wakatobi Indonesia.

Ada sekitar 17 pengrajin tenun kain khas Wakatobi di Desa Liya Togo.  Kain tenun ini secara umum sangat dipengaruhi dari Buton. “Motifnya hampir sama dengan kain tenun Buton,” ujar Wa Ode Siti salah satu pengrajin tenun.

pengrajin tenun kain khas Wakatobi

Baca Juga: Wakatobi bidik 30.000 kunjungan

Dengan permainan garis-garis lurus (leja) atau motif kotak-kotak. Meski sederhana, permainan warna menghasilkan kain yang begitu menawan. Untuk motif kain tenun garis lurus vertikal merupakan kain untuk perempuan. Sementara kain untuk laki-laki, motifnya kotak-kotak seperti kain sarung.

Sedangkan untuk warna umumnya menggunakan kuning, hitam, dan biru. Tapi kini mulai beragam dengan pemakaian warna merah muda, emas, sampai ungu.

Untuk menyelesaikan kain dengan ukuran 1x4 meter, Wa Ode Siti butuh waktu 15 hari. “Untuk motif tertentu misal ada tulisan Wakatobi butuh waktu sebulan pengerjaan,” ungkat Wa Ode Siti.

Baca Juga: Bupati Wakatobi: Pengembangan Wakatobi butuh Rp 10 triliun

Untuk memiliki kain tenun ini, Anda harus merogoh kocek kisaran Rp 500 ribu hingga Rp 800 ribu. Wa Ode Siti menuturkan banyak wisatawan yang tertarik dan membeli kain tenun bikinannya sebagai buah tangan dari Wakatobi.

Bagaimana dengan Anda? Tertarik, silakan datang ke Wakatobi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru