JEP DANAU TOBA - PANGURURAN. Pelesiran ke Danau Toba, enggak lengkap rasanya kalau tidak menikmati kopi khas kawasan yang masuk dalam daftar destinasi wisata super prioritas pemerintah ini. Kawasan bekas kaldera super volcano itu merupakan penghasil kopi arabika, termasuk Pulau Samosir.
Di pulau yang terletak di tengah Danau Toba ini banyak terdapat perkebunan kopi arabika verietas Sigararutang milik rakyat. Sebut saja, di Desa Parbaba Dolok, Kecamatan Pangururan, yang juga merupakan salah satu sentra produksi kopi di Kabupaten Samosir.
Nah, bila ingin mencicipi langsung secangkir kopi panas khas Samosir, silakan Anda mampir ke Rumah Kopi Pardosir. Letaknya di Jalan Simpang Perkantoran Parbaba, tak jauh dari objek wisata Pantai Pasir Putih Parbaba, sekitar 30 menit dari Pangururan, Ibu Kota Samosir.
Kedai kopi ini menawarkan ragam kopi, mulai arabika, sanger, arabika maker, V60 semiwash, V60 honey, V60 wine, hingga moccacino. "Yang jadi favorit pengunjung, salah satunya V60 wine," kata Lumban Sinaga, pemilik Rumah Kopi Pardosir, kepada Tim KONTAN Jelajah Ekonomi Pariwisata 2019, pertengahan Agustus lalu.
Baca Juga: Menikmati kuliner Toba yang khas lagi unik
V60 maksudnya metode seduh dengan mengandalkan saringan dan dripper yang berbentuk kerucut. Tentu, Anda bisa melihat langsung proses penyeduhannya Rumah Kopi Pardosir.
Betul saja, sesuai namanya, saat mencecap, ada aroma dan rasa wine yang melekat, meski tidak terlalu kuat. Lebih dominan asam tapi segar.
Menurut Sinaga, aroma dan rasa wine pada kopi berasal dari proses pemetikan. "Petik buah kopi yang merah betul atau fruty. Lalu, roasting medium light, aroma dan rasa wine lebih terasa," ungkapnya membagi resep.
Baca Juga: Menuju Bali Baru, Danau Toba terus bersolek
Yang menarik lagi unik, kedai ini menyediakan kopi wine hasil fermentasi setidaknya selama lima bulan. Kalau yang ini, rasanya lebih mirip wine ketimbang kopi.
Kopi wine fermentasi merupakan hasil kreasi Sinaga. "Saya coba-coba, belajar sendiri. Biar jadi, minimal lima bulan proses fermentasinya. Setiap bulan tambah gula yang banyak, raginya sedikit," ujarnya yang menambahkan, produksinya masih sedikit.
Untuk bahan baku kopi, Sinaga mengatakan, semua single origin lantaran berasal dari kebun miliknya seluas dua hektare yang berada di ketinggian 1.360 meter di atas permukaan laut. "Sebagian besar sudah organik," imbuh dia.
Menurut Sinaga, kopi Toba punya citarasa yang unik. "Memiliki aroma khas rempah dan rasa buah (fruty) yang kental," sebutnya.
Sejatinya, Sinaga sudah lama menjadi petani kopi. Tapi, dia baru tiga bulan membuka Rumah Kopi Pardosir. Pardosir kependekan dari Pardolok Samosir atawa orang gunung Samosir.
"Saya buka kedai juga atas dorongan pengunjung yang sulit berkunjung ke rumah dan kebun saya karena akses jalan yang jelek. Jadi, saya jemput bola," kata Sinaga yang juga memproduksi kopi kemasan dengan merek Pardosir Coffee.
Baca Juga: Keseruan bermain air di Pantai Pasir Putih Parbaba
Meski baru tiga bulan buka, kedainya selalu ramai pengunjung. Ada saja turis asing yang datang. "Dua bulan lalu, Benny Pasaribu (politikus Partai Hanura) datang ke sini," kata Sinaga bangga.
Untuk menikmati segelas kopi V60 wine, Anda cukup merogoh kocek Rp 18.000. Lalu, harga arabika maker Rp 15.000 per cangkir dan arabika Rp 8.000 per cangkir. Sangat murah bukan?
Sementara harga kopi wine fermentasi Rp 60.000 per botol ukuran 150 mililiter. "Saya ingin Rumah Kopi Pardosir bisa jadi Starbucks-nya Samosir," ujar pemilik gelar Juara III Coffee Festival Toba 2017 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News