Menuju destinasi kelas dunia, Labuan Bajo terapkan konsep wisata berbasis masyarakat

Kamis, 05 September 2019 | 20:33 WIB   Reporter: Yasmine Maghfira
Menuju destinasi kelas dunia, Labuan Bajo terapkan konsep wisata berbasis masyarakat

ILUSTRASI. Bukit Cinta Labuan Bajo


Mengutip laporan yang ditulis peneliti senior Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riza V. Tjahjadi, konsep daya dukung digunakan untuk mengantisipasi dampak negatif pariwisata. 

Baca Juga: Satria Mega Kencana (SOTS) akan bangun hotel bintang empat di Labuan Bajo

Daya dukung (carrying capacity) menggunakan beberapa pendekatan pengelolaan yang mana tingkat kunjungan, kegiatan, dan aktivitas wisatawan di suatu lokasi pariwisata dikelola dengan batas-batas yang disesuaikan dan dapat diterima wilayah masing-masing.

Agustinus menyatakan carrying capacity juga diterapkan untuk bisa menata destinasi wisata di luar daerah utama. Maksudnya, penerapan konsep tersebut ditujukan dalam rangka pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Program 55 desa wisata itu juga merupakan bagian dari penerapan konsep carrying capacity. Utamanya, hal itu ditujukan agar wisatawan tidak hanya fokus pada destinasi Taman Nasional Komodo (TNK) Pulau Komodo atau Pulau Rinca. Sehingga pemda menata wisata di luar TNK, seperti program 55 desa wisata itu. 

Perihal anggaran pengembangan pariwisata, Pemda telah menyiapkan dana pengembangan pariwisata sebesar Rp 12 miliar pada tahun 2019, naik dari tahun lalu yang sebesar Rp 10 miliar. 

Dari anggaran Rp 12 miliar, sebanyak Rp 6,7 miliar sudah dipakai untuk alokasi dana pembangunan dan penataan destinasi desa tematik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi
Terbaru