Merawat hutan dan kebhinnekaan lewat Upacara Kebo Ketan di Ngawi, Jawa Timur

Sabtu, 05 Oktober 2019 | 14:00 WIB   Reporter: SS. Kurniawan
Merawat hutan dan kebhinnekaan lewat Upacara Kebo Ketan di Ngawi, Jawa Timur


WISATA - JAKARTA. Kalau berencana berlibur ke Jawa Timur, masukkan Upacara Kebo Ketan IV dalam rencana perjalanan Anda. Kegiatan budaya ini berlangsung pada 8-9 November 2019 di Desa Sekaralas, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.

Upacara Kebo Ketan IV merupakan kolaborasi Kanjeng Ratu Kidul bersama Kraton Ngiyom dan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Tahun ini temanya: Sadarlah Hatinya Sadarlah Budinya.

Menurut Godeliva D. Sari dari Kraton Ngiyom, LSM bidang seni, Upacara Kebo Ketan adalah suatu perayaan dampak kerja “rahmatan lil alamin” serta merawat hutan dan mata air terutama Sendang Margo dan Sendang Ngiyom di Alas Begal, Ngawi.

Baca Juga: Pembukaan festival Tanjung Lesung, bukti optimisme bangkit pasca tsunami

"Juga kerja membangkitkan kesenian rakyat, serta kerja merawat kebhinnekaan, yang diupayakan Kraton Ngiyom sepanjang tahun sebagai misi keberadaannya," kata Sari dalam siaran pers, Sabtu (5/10).

Sari mengatakan, kawasan Sendang Margo sudah bertambah asri dengan pohon-pohon buah yang mulai produktif, yang selama kemarau disirami dan di musim hujan disiangi relawan Kraton Ngiyom. 

Sementara upaya membangkitkan kesenian rakyat dengan serbuk silang kreatifitas dan disiplin penciptaan di Kraton Ngiyom telah melahirkan dua bentuk kesenian “baru”, yang kini sedang giat berlatih untuk pentas di puncak Upacara Kebo Ketan, 9 November nanti. 

Kesenian baru ini berupa musik Kronjal Kraton Ngiyom (Keroncong Jathilan) dan pentas prosesi Reog Mahesa Nempuh. "Musik Kronjal diciptakan dengan cita-cita tinggi, yakni menciptakan suatu produk musik yang berpotensi menembus pasar global," ujar Sari.

Baca Juga: Ini dia 96 perguruan tinggi peraih akreditasi A nasional

Untuk itu, butuhkan tiga ciri: bisa dikenali sebagai musik Indonesia, enak dibuat berjoged, bertema kebahagiaan. Sehingga, bisa memberi penghiburan dan pengharapan kepada rakyat di belahan dunia manapun.

Sedang Reog Mahesa Nempuh sesungguhnya sudah tampil di Upacara Kebo Ketan III 2018. Tapi, sekarang telah berkembang semakin meriah, magis, dan kompleks. 

Tahun lalu hanya ada satu sosok barongan reog, maka tahun ini tampil dua. Karakter topeng kerbau yang mengambil inspirasi dari barong Bali sekaligus reog Ponorogo ini diciptakan oleh Bramantyo Prijosusilo dan Gimbal Thoyib Bukhoeri.

Yang beda pula, di Upacara Kebo Ketan yang lalu, Sang Kebo Ketan berwarna hitam kelabu seperti kerbau senyatanya. Di tahun ini, dalam rangka memupuk dan memantik kreatifitas, Sang Kebo Ketan akan dilukis oleh perupa pelopor seni mural komunitas di Yogyakarta, Samuel Indratma.

Baca Juga: Intip Desa Kutuh di Bali yang punya 9 bisnis dan raup pendapatan Rp 50 M per tahun

Rangkaian acara Upacara Kebo Ketan IV 2019 akan bergulir pada 8 November sekitar pukul 16.00 WIB, dengan “Guyangan Sang Kebo Ketan” di Rumah Tua Sekaralas, yang akan disakralkan dengan tari topeng Losari Cirebon oleh Nani Dewi Sawitri. 

Selanjutnya pada malam harinya, kelompok Ketoprak Puspa Budaya dari Ngawi akan mementaskan satu kisah tentang Sendang Marga dan Sendang Ngiyom di Lapangan Desa Sekaralas.

Puncak Upacara Kebo Ketan akan berlangsung pada 9 November, dengan Reyog Ponorogo Sekaralas keliling desa di pagi sampai sore hari. Lalu, pada pukul 16.00 WIB, ada Sakralisasi Sang Kebo Ketan oleh Galih Naga Seno dan Rama Pandita Padma Wira Dharma, pemuka agama Kasogatan Jawa dan Dirajo Maharajo, dengan ritual Sriwijaya kuna.

Kalau tida ada aral melintang, Mahfud MD dan Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud akan memberikan pidato kebudayaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: S.S. Kurniawan
Terbaru