Sejarah Pulau Run, pulau di Maluku yang ditukar dengan Manhattan di New York

Sabtu, 24 Oktober 2020 | 12:45 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Sejarah Pulau Run, pulau di Maluku yang ditukar dengan Manhattan di New York


SEJARAH - Pulau Run adalah bagian dari Kepulauan Banda, Provinsi Maluku, yang dulu berjaya tetapi kini terlupakan khalayak dunia. Pulau kecil ini merupakan pulau yang ditukar dengan New York oleh Belanda dari Inggris. 

Dirangkum dari BBC.com, kapal pinnace Belanda merupakan kapal pertama yang sampai di Laut Banda pada musim semi 1599 lampau.

Pada saat itu, Belanda bersama Portugis, Inggris, dan Spanyol terlibat persaingan menemukan pulau rempah guna menguasai perdagangan rempah. Ketika itu, cengkeh dan pala harganya sangat mahal dan semua orang ingin memangkas keuntungan para pedagang Arab dan Asia yang merahasiakan lokasi Banda.

Saat itu, pala hanya tumbuh di Kepulauan Banda. Pala juga hanya tumbuh dalam kondisi spesifik, tanah subur, dan lumayan kering di tengah iklim tropis yang kerap diguyur hujan. 

Baca Juga: Sejarah Pala, buah berwarna kekuningan yang menarik penjajah datang ke Indonesia

Jika cuaca dan tanahnya bagus, buah pala baru bisa muncul setelah tujuh hingga sembilan tahun. Sehingga, kombinasi keterpencilan lokasi dan iklim yang spesifik membuat harga pala luar biasa mahal. 

Untuk memanennya pun perlu banyak pekerja yang memetik buah satu per satu dan melepaskan lapisan terluar. Setelah mengupas buahnya yang lunak secara hati-hati, bijinya harus dikeringkan dan cangkangnya mesti diretakkan.

Lalu, ketika Belanda akhirnya menemukan Banda, mereka berupaya melindungi rempah-rempah dengan membentuk perusahaan VOC. Tetapi, taktik yang digunakan oleh Belanda kala itu cukup brutal, termasuk membantai semua penduduk asli Banda. 

Akhirnya, VOC pun berhasil menguasai perkebunan pala, rempah yang berguna tidak hanya untuk bumbu masakan tapi juga diyakini sebagai obat berbagai penyakit seperti wabah pes.

Baca Juga: Pala, obat herbal yang ampuh meredakan asam lambung, begini cara konsumsinya

Editor: Virdita Ratriani
Terbaru