GAYA HIDUP - JAKARTA. Sepeda lipat (folding bike) Brompton sudah lama menjadi bahan perbincangan terutama di kalangan goweser. Sepeda lipat asal Inggris ini kembali ramai diperbincangkan setelah skandal penyelundupan yang turut menyeret nama Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Ari Askhara.
Harganya yang selangit untuk ukuran sepeda dengan dimensi yang kecil menjadi salah satu faktor mengapa Brompton selalu diperbincangkan khalayak. Sebut saja, Brompton Explore yang kemarin ikut diselundupkan menggunakan pesawat baru milik Garuda Indonesia.
Harga ritel di Inggris berkisar £ 1.570 atau setara sekitar Rp 29 juta. Harganya bisa dua kali lipat setelah sampai di Indonesia, memperhitungkan pajak dan tentu margin si penjual.
Baca Juga: Di sini heboh Brompton, netizen di AS geger oleh sepeda Peloton
Namun, sejatinya banyak merek sepeda lipat yang sekelas, atau bahkan memiliki kasta yang lebih tinggi dibanding Brompton. Pacific Cycles misalnya.
Dilansir dari situs resmi perusahaan, salah satu brand Pacific Cycles yakni Reach, harganya dibanderol US$1.350 atau sekitar Rp 19 juta. Ini hanya harga frame saja, bukan full bike.
Goweser perlu merogoh kocek lebih jika ingin menjadikan sepeda lipat yang mengusung konsep kecepatan itu menjadi full bike. Menambah gir depan atawa crank misalnya. Harga crank bervariasi. Crank untuk kelas balap jalanan seperti Miche Evomax dibanderol antara Rp 1,8 juta hingga Rp 2 juta di Indonesia.
Baca Juga: Erick Tohir pecat Dirut Garuda karena terbukti selundupkan moge Harley Davidson
Untuk kelas kompetisi atau pro seperti Shimano Ultegra dan Dura Ace, harganya bisa lebih mahal lagi. Bahkan, komponen gir lengkap (groupset) di kelas ini bisa lebih mahal dari satu unit motor matik.