Ternyata uang logam termahal BI bukan kelapa sawit, melainkan uang logam ini...

Senin, 22 Juni 2020 | 11:58 WIB Sumber: Kompas.com
Ternyata uang logam termahal BI bukan kelapa sawit, melainkan uang logam ini...


UANG LOGAM - JAKARTA. Dalam beberapa hari terakhir, media sosial dihebohkan unggahan tangkapan layar sebuah uang logam nominal Rp 1.000 bergambar kelapa sawit dibanderol dengan harga fantastis, yakni di atas Rp 100 juta di kalangan kolektor.

Bank Indonesia ( BI) menyebutkan kalau uang logam pecahan Rp 1.000 tahun emisi 1993 itu masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah karena belum dicabut dan ditarik dari peredaran. Sebagai alat pembayaran yang sah, nilai tukar uang koin kelapa sawit itu sama dengan nominalnya, yaitu Rp 1.000.

Terlepas dari viral tangkapan layar uang koin bergambar sawit yang dijual mahal tersebut, sebenarnya BI juga beberapa kali menerbitkan sejumlah uang koin edisi khusus yang nilainya terbilang tinggi.

Baca Juga: Uang koin Rp 1.000 kelapa sawit dijual ratusan juta, BI angkat bicara

Dikutip dari data dari koleksi Museum Bank Indonesesia, Senin (22/6/2020), uang koin termahal yang pernah diterbitkan bank sentral itu yakni uang logam emas pecahan Rp 850.000.

Tingginya nominal uang koin ini wajar, mengingat bahan pembuatannya berasal dari emas. Uang logam dengan nama Uang Logam Khusus Bank Indonesia Seri Presiden RI/1995 ini merupakan emisi Seri Presiden RI. Bentuknya bulat pipih setebal 2,78 mm dan berwarna kuning keemasan bergambar Presiden Kedua Indonesia, Soeharto di bagian belakang. Sementara gambar belakangnya berupa lambang Garuda Pancasila. Beratnya 35 gram serta memiliki diameter 35 mm.

Uang logam edisi khusus ini diterbitkan pada 16 Agustus 1995 untuk memperingati 50 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam keterangannya di laman resminya, Bank Indonesia tidak mencantumkan tanggal penarikan uang nominal Rp 850.000 tersebut, sehingga masih bisa digunakan sebagai alat transaksi resmi di Indonesia.

Baca Juga: Viral uang koin kelapa sawit dijual mahal, ini keistimewaannya

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru