Wellness Travel Jadi Tren, Sanggraloka Ubud Ragam Tawarkan Aktivitas Kebugaran Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 18:48 WIB
Wellness Travel Jadi Tren, Sanggraloka Ubud Ragam Tawarkan Aktivitas Kebugaran Ini
ILUSTRASI. Aktivitas Wellness di Sanggraloka Ubud (Dok/Sanggraloka)

Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Jane Aprilyani

KONTAN.CO.ID - Sanggraloka Ubud menawarkan ragam aktivitas menenangkan dan pelestarian lingkungan seiring minat wellness travel yang tinggi.

Tren traveling dengan tujuan kebugaran tubuh dan mental atau wellness travel kian digemari wisatawan mancanegara maupun nusantara.

Kementerian Pariwisata mencatat, wisata kebugaran akan menjadi usaha yang sangat menjanjikan.

Kementerian Pariwisata menghitung wisata kesehatan global pada 2017 senilai US$ 639 miliar. Tahun 2022 meningkat menjadi US$ 919 miliar, dan akan menembus angka US$ 1,6 triliun di 2030.

Minat wellness travel yang tinggi pun dilirik para pengusaha hotel dan resort di berbagai daerah, terutama di Bali.

Sanggraloka Ubud pun menghadirkan penginapan yang menunjukkan konsep kemewahan, keberlanjutan, dan pemberdayaan masyarakat dapat beriringan.

Baca Juga: Bawa Pengalaman Wellness,Sanggraloka Ubud Hadirkan Penginapan Mulai Rp 4,5 Juta

Terletak di Bresela, kawasan yang dikenal sebagai pusat spiritual dan lanskap hijau Ubud, Sanggraloka menawarkan beberapa aktivitas yang mendukung wisata kebugaran setiap tamu yang menginap.

Sejak soft opening pada Oktober 2025 lalu, Sanggraloka Ubud mencatat performa awal yang kuat dengan okupansi rata-rata 58%-62%.

Menjelang akhir tahun ini, manajemen Sanggraloka Ubud menargetkan peningkatan okupansi penginapan bisa capai 65%-70% persen.

Angka ini didapat bukan melalui diskon agresif, melainkan lewat strategi yang memperkaya pengalaman tamu dengan program wellness di pertengahan pekan.

Untuk aktivitas yang bisa didapat tamu saat menginap di Sanggraloka, I Komang Kariyana, General Manager Sanggraloka Ubud, mengatakan setiap pagi hari, tamu akan diajak tur kebun buah dengan rute yang berbeda-beda.

“Kami ingin tamu tidak hanya merasakan pemandangan yang indah, tetapi membawa pulang pengalaman dengan cara sederhana,” ujar Kariyana kepada awak media di Sanggraloka Ubud, Bali, Rabu (10/12).

Baca Juga: 7 Lakes Festival Probolinggo: Sinergi Budaya, Alam & ESG

Tak hanya itu, tamu juga bisa langsung turun ke Sungai Oos untuk melukat (pembersihan diri secara spiritual khas Bali), mengikuti sesi yoga, meditasi dan terapi sound bath, atau sekadar bermain air di air terjun.

Selain itu, rangkaian farm- to-table dinner serta aktivitas romantis juga disiapkan untuk mendorong tamu memperpanjang lama menginap.

Ada yang menarik ketika tamu menginap di sini. Ketika sarapan pagi, tamu tidak akan melihat pemandangan makanan dalam sajian buffet.

Kariyana bilang, model sarapan ala carte dipilih agar pelayanan dari pegawai penginapan terasa ke tamu.

Selain itu, konsep sarapan ala carte juga menghindarkan penginapan ini dari sampah makanan yang terbuang sia-sia. Atau kondisi sarapan yang kerap berantakan.

“Untuk sarapan, tamu bebas memilih menu lebih dari satu. Bahkan, kalau ingin menambah jumlah makanan yang sudah disantap pun akan dilayani. Kami utamakan servis,” tuturnya.

Baca Juga: 7 Tempat Wisata Liburan Sekolah Juli 2025 di Bandung, Ada Kawah Putih

Di balik pengalaman tamu yang menenangkan, Sanggraloka juga menjalankan sistem keberlanjutan operasional yang terukur.

Maksudnya di sini, limbah sampah dari penginapan dipilah dan dikelola agar sebagian besar dapat dikomposkan atau didaur ulang.

Di sisi lain, penggunaan air dan energi dioptimalkan melalui pengelolaan greywater, pemanenan air hujan, dan efisiensi peralatan.

Upaya ini selaras dengan kerangka GSTC (Global Sustainable Tourism Council) dan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) yang diterapkan melalui komite internal dan indikator terukur.

Seperti, pengurangan pemakaian air per guest-night, pengalihan sampah dari TPA minimal 70%, penurunan intensitas energi hingga 10% per tahun, serta pemantauan biodiversitas melalui indeks burung dan kupu-kupu di jalur Forest Path Sanggraloka.

Di samping itu, lebih dari 70% tenaga kerja Sanggraloka Ubud yang berasal dari Bresela dan Payangan mendapatkan pelatihan hospitality berbasis budaya dan praktik ramah lingkungan.

Baca Juga: Rekomendasi Tempat Wisata Liburan Sekolah Juli 2025 di Medan, Apa Saja?

Rantai pasok penginapan juga dipasok dari komunitas sekitar seperti petani, perajin, dan pemandu budaya dengan perputaran ekonomi lokal yang diproyeksikan mencapai Rp 1,2 miliar sampai Rp 1,6 miliar per tahun saat resort mencapai kapasitas penuh.

Dengan operasional yang efisien, diversifikasi pendapatan, dan keterlibatan ekonomi lokal yang terukur, Sanggraloka menjadi contoh bagaimana model hospitality dapat menciptakan nilai komersial sekaligus sosial.

Pendekatan ini menunjukkan, keberlanjutan bukan hanya memenuhi ekspektasi pasar modern, tetapi juga memperkuat daya saing, loyalitas tamu, dan stabilitas bisnis jangka panjang.

“Kami percaya bahwa pariwisata tidak harus memilih antara pertumbuhan dan keberlanjutan,” ujar I Wayan Lanus, Direktur dan Partner Sanggraloka Ubud.

“Tujuan kami bukan hanya membangun resort, tetapi ekosistem yang menyehatkan tanah, memberdayakan masyarakat, dan menjaga warisan Bali tetap hidup,” imbuhnya.

Selanjutnya: Korban Meninggal Akibat Banjir Bandang di Aceh, Sumut, dan Sumbar Menjadi 995 Orang

Menarik Dibaca: Hasil Bulu Tangkis SEA Games 2025, 8 Wakil Indonesia Tembus Babak Semifinal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

TERBARU

Close [X]