Pada industri penerbangan misalnya, butuh modal kerja dan biaya yang besar. Sedangkan, klub bola pengeluaran terbesar untuk gaji pemain dan pelatih.
"Selain gaji untuk pemain dan pelatih, biaya lainnya tidak terlalu besar. Sampai sejauh ini, kami masih sanggup menutupi biaya klub sepak bola yang kami kelola," ujarnya.
Baca Juga: Bangun sekolah sepak bola, Raffi Ahmad siapkan lahan 10 ha di Sentul Bogor
Tak heran, Rudy bisa melakukan subsidi silang ke bisnis sepak bola dari beberapa lini bisnis lainnya yang tidak terlalu kena dampak dan masih memberikan keuntungan.
Sejatinya, Rudy memutuskan untuk mengakuisisi klub sepak bola bukan hanya karena melihat prospek jangka pendek saja, melainkan prospek jangka panjang dan peluang bisnis lainnya yang gurih.
"Pertimbangan kami mengakuisisi klub sepak bola karena memang sepak bola adalah olahraga terpopuler se-Indonesia. Jangkauannya luas sekali dan sepak bola juga merupakan media komunikasi yang efektif selain media sosial tentunya. Belum lagi efek penggemar fanatik dan potensi menjadi penggemar Rans Cilegon FC ketika nanti kompetisi dijalankan," bebernya.
Hal lainnya, lanjut Rudy, di tengah pendemi pun kompetisi sepak bola sebenarnya bisa di jalankan. Dia mencontohkan perhelatan liga di Eropa masih bisa berjalan musim lalu meskipun tanpa penonton. Maka dari itu, saat ini Rudy mengungkapkan sedang menunggu terobosan dari PSSI.
Dia berpesan, poin paling utama jika kompetisi dijalankan di tengah pandemi, tentu semua harus tertib menjalankan protokol kesehatan baik pihak penyelenggara maupun penonton.
"Di sisi penonton harus menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Selama pendemi nonton saja dari rumah lewat televisi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News