Dirut Maybank Kim Eng Sekuritas, Willianto Ie, dapat cuan dari strategi buy and hold

Sabtu, 16 Januari 2021 | 00:15 WIB   Reporter: Benedicta Prima
Dirut Maybank Kim Eng Sekuritas, Willianto Ie, dapat cuan dari strategi buy and hold


BURSA EFEK / BURSA SAHAM -  JAKARTA. Perjalanan Direktur Utama Maybank Kim Eng Sekuritas, Willianto Ie, di dunia saham bermula dari kegagalan dalam trading komoditas.

Pengalaman ini dia dapatkan saat duduk di bangku kuliah Teknik Elektro Universitas Pancasila dikisaran tahun 1990. Pada saat itu, Willi hanya bermodalkan nekat untuk masuk trading komoditas.

Dari kegagalannya tersebut, Willi akhirnya mulai belajar mengenai saham sembari melanjutkan pendidikan S2 di Business Administration Pittsburg State University. Namun pada saat itu dia belum menginvestasikan dananya di saham.

Pada saat mengenyam pendidikan di Amerika Serikat (AS), Willi muda mengikuti lomba, di mana seluruh peserta akan diberikan replika uang senilai US$ 100.000 untuk membeli saham agar mendapatkan imbal hasil (return) tertinggi.

Baca Juga: Meracik Portofolio Saham Pembagi Dividen demi Pendapatan Pasif Jangka Panjang

Lomba tersebut diikuti di seluruh AS dengan sistem virtual dan menggunakan angka simulasi, dan diumumkan sebanyak dua kali dalam setahun. Mulai saat itu Willi lebih aktif mengulik wawasan mengenai saham terutama di Wall Street.

Pada usianya 26 tahun pada saat itu, Willi masuk sebagai Top 10% di Kansas.

“Jadi itu yang membuat saya semakin tertarik dengan bursa saham,” jelas Willi bersemangat menceritakan kembali perjalanannya di dunia saham.

Saat pulang ke Indonesia, ketertarikan Willi pada saham belum luntur. Namun pada saat itu dia belum berani menginvestasikan uangnya di saham.

Hanya saja di dunia kerjanya pada saat itu, Willi banyak berdiskusi dengan teman kantornya mengenai pasar dunia salah satunya AS. Sebagai karyawan Astra pada saat itu, Willi juga sekaligus mengenal struktur dan budaya organisasi sebuah perusahaan.

Baca Juga: Koruptor dan Investor

Hal inilah yang membuat Willi lebih senang mengamati fundamental sebuah perusahaan sebelum memutuskan berinvestasi di sahamnya. Ketika Willi pindah ke industri keuangan dia baru berani kecil-kecilan berinvestasi di saham.

“Ya memang kadang untung kadang salah, tapi ini proses pembelajaran yang cukup bagus yang membuat kita mengerti kenapa kita harus membeli perusahaan dengan fundamental yang bagus. Walaupun turun kita tidak apa-apa dari pada perusahaan yang kita beli salah, ternyata bisa sampai nol. Karena kan ada juga perusahaan yang tidak mengantisipasi krisis,” jelas dia.

Willi pernah mengalami kerugian di saat krisis 1997-1998. Pada saat itu, Willi yang mulai berinvestasi dikisaran tahun 1993-1994 dengan rumus membeli saham dengan fundamental yang bagus di saat harga turun, menggunakan strategi itu kembali saat krisis.

Bukannya bisa melakukan akumulasi turun (average down), setelah beli, saham tersebut justru turun lebih dalam karena kondisi ekonomi yang tidak baik.

Kondisi tersebut kembali terulang pada krisis di tahun 2008. Namun setelah diamati kembali, usai krisis, saham dengan fundamental yang bagus lebih cepat mengalami pemulihan harga.

Baca Juga: Simak tips cuan di pasar saham dari Direktur Keuangan Reliance Sekuritas Wilson Sofan

Selain mengalami kerugian Willi tentunya pernah mendapatkan keuntungan dari investasinya di saham. Pengalaman menarik ini didapatkan pada saat dotcom bubble di tahun 2000. Di saat yang lain mendapat keuntungan dari trading di saham teknologi, Willi justru meraup berkah karena dia lupa memiliki saham perusahaan teknologi di dalam portofolionya.

“Sesudah beli, saya lupakan saham itu. Nah ketika ingat, saya lihat lagi harga sahamnya sudah naik banyak. Ini pelajaran berharga karena biasanya kalau lihat di depan layar tiap hari, ketika naik 20% saja rasanya sudah ingin jual,” jelas Willi.

Dari pengalamannya tersebut, Willi memilih menggunakan strategi buy and hold ketimbang trading. Willi pun sejak awal masuk ke dunia saham tidak pernah melakukan trading saham.

Sebab menurutnya saham akan lebih menarik bila digunakan sebagai instrumen investasi jangka panjang. Di mana saat membeli saham perusahaan yang bagus, maka harga sahamnya pasti akan selalu bertumbuh.

“Kita itu selalu melihat dari sisi fundamentalnya. Keuntungannya adalah ketika lagi pandemi seperti ini kita ngak setakut seperti orang-orang yang trading saat harga terus turun. Kalau murah ya kita justru beli, lagi sale kok tidak dibeli,” jelas Willi.

Dus, di kondisi pandemi Covid-19 ini Willi meracik portofolio sahamnya dengan memilih sektor yang sedang bagus ataupun membeli saham yang menjadi market leader. Alasannya, memilih perusahaan yang benar artinya perusahaan tersebut akan terus berkembang sejalan dengan ekonomi Indonesia yang akan terus maju.

Salah satu contohnya, lanjut Willi, saham Unilever Indonesia (UNVR) dan Astra International (ASII) yang juga babak belur saat krisis ekonomi melanda di 1998, namun setelahnya harga kedua saham tersebut terus mengalami kenaikan.

Baca Juga: Lo Kheng Hong bocorkan tips investasi di pasar modal saat pandemi Covid-19

“Kalau sektor lihat yang responnya bagus di pandemi ini, misal dengan adanya teknologi yang berkembang saat ini dan sektor kesehatan karena orang lebih mengerti akan pentingnya kesehatan,” pungkasnya.

Saat ini, dari keseluruhan aset yang dimiliki Willi, sebanyak 30 hingga 40% berupa saham, 30% di obligasi, 20% di properti, sekitar 15-20% kas dan setara kas. Menurutnya, porsi ini bisa digunakan sebagai standar bagi investor dalam mengalokasikan asetnya.

Willi menilai investor berusia muda lebih baik memperbesar porsi kepemilikan di saham yang berfundamental bagus karena memiliki imbal hasil yang lebih besar ketimbang obligasi.

Sedangkan properti baik dalam bentuk tanah ataupun bangunan bisa menjadi sumber pendapatan jangka yang lebih panjang lagi, ataupun sumber pendapatan berulang apabila disewakan. 

Selanjutnya: 5 Tips cara berhemat ala miliarder dunia, bisa dicontoh semua orang

Selanjutnya: Saat IHSG merah membara, ini yang dilakukan Lo Kheng Hong dan Eyang Ratman

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli
Terbaru