BURSA EFEK / BURSA SAHAM - Sejarah tidak pernah berulang dengan sempurna. Namun, ini dapat memberikan panduan yang berguna bagi investor yang ingin memahami bagaimana kinerja pasar saham di masa depan.
Misalnya, pasar saham memiliki siklus sepanjang sejarahnya. Bull markets and bear markets telah mengikuti satu sama lain, tanpa ada yang bertahan selamanya. Faktanya, ada 14 pasar bearish dan 15 pasar bullish selama 75 tahun terakhir.
Secara berkala, beberapa investor mengabaikan keberadaan siklus pasar saham. Misalnya, mereka mungkin menjadi terlalu pesimis tentang prospek pemulihan selama bear market.
Hal ini dapat menyebabkan mereka menghindari pembelian perusahaan berkualitas tinggi dengan harga rendah. Sebaliknya, mereka mungkin menjadi terlalu percaya diri selama pasar bullish dan membeli saham yang terlalu mahal berdasarkan keyakinan bahwa kenaikan pasar saham akan terus berlanjut.
Baca Juga: Bill Gates sangat mungkin lebih kaya dari Musk dan Bezos bila digabungkan
Belajar dari sejarah
Chairman Berkshire Hathaway, Warren Buffett, sebelumnya telah mengomentari ketidakmampuan beberapa investor untuk menggunakan sejarah sebagai panduan untuk masa
Seperti yang pernah dia katakan, "Apa yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa orang tidak belajar dari sejarah," ujar Buffett seperti dilansir dari gurufocus.com, Kamis (11/11).
Menurut Robert Stephens, seorang analis ekuitas, pandangan Buffett bisa sangat berguna bagi investor yang ingin membagi modal di lingkungan pasar saham saat ini.
Menurutnya, Indeks Volatilitas, yang mengukur sentimen investor, saat ini berada di level sekitar 15. Ini sedikit lebih rendah dari sesaat sebelum kehancuran Maret 2020 terjadi dan menunjukkan bahwa sentimen investor sangat kuat saat ini.
Baca Juga: Hadapi ancaman pandemi, Warren Buffett agresif melakukan buyback saham Berkshire
Namun, investor mungkin mengabaikan ancaman seperti kenaikan inflasi, Federal Reserve yang semakin hawkish, ancaman berkelanjutan dari Covid-19 dan valuasi yang kaya di antara beberapa saham.