Mengenal Pithecanthropus erectus, sejarah dan ciri-cirinya

Sabtu, 24 Oktober 2020 | 12:30 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Mengenal Pithecanthropus erectus, sejarah dan ciri-cirinya


SEJARAH - Pithecanthropus erectus adalah nama lain dari Manusia Jawa atau seringkali disebut homo erectus. Pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada 1891 silam. 

Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pithecanthropus erectus ditemukan di Dusun Trinil, Ngawi, Jawa Timur. 

Kata pithecanthropus erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak lurus. Asal kata pithecanthropus erectus dari bahasa Yunani yakni fithkos yang artinya kera, anthropus berarti manusia, dan erectus artinya tegak. 

Setelah ekskavasi Dubois, pada 1907, sebuah ekspedisi besar-besaran dipimpin oleh E. Selenka berlangsung di lokasi yang sama. 

Baca Juga: Penelitian terbaru: aligator kebal dari gigitan ular berbisa

Sejarah penemuan pithecanthropus erectus 

Pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugene Dubois

Dikutip dari laman resmi Majalah Geologi Kementerian ESDM, Eugene Dubois seorang pendukung konsep evolusi biologi Charles Darwin terkesan dengan pendapat Darwin yang mengatakan, nenek moyang manusia mungkin berasal dari Afrika.

Alasannya karena di Afrika banyak dijumpai kera-kera besar, seperti simpanse dan gorila, yang struktur anatominya mirip dengan manusia. Namun, menurut Dubois, ada kemungkinan kawasan hutan tropis di Asia yang juga merupakan tempat hidup nenek moyang manusia lantaran di hutan tersebut hidup sejenis kera besar yaitu orangutan (Pongo). 

Kemudian, pada 1887, Dubois mendapatkan tugas sebagai tenaga medis pada pemerintahan Hindia Belanda. Pertama kali, ia pergi ke Sumatra untuk melakukan penggalian di beberapa gua untuk menemukan fosil suatu makhluk.

Namun, Dubois tidak menemukan apa yang dia harapkan. Lalu, ia pindah ke Pulau Jawa setelah mendapat informasi bahwa di suatu desa di daerah Tulungagung, Jawa Timur, ada penemuan fosil manusia, yang kemudian dikenal sebagai Manusia Wajak, pada 1888 oleh B.D. van Rietschoten.

Baca Juga: Belum punah, tikus gajah somalia ternyata masih eksis setelah 50 tahun tidak terlihat

Di Jawa, Dubois pertama kali melakukan penggalian di Desa Kedungbrubus dan setelah itu dia pindah ke Trinil yang terletak di pinggiran sungai Bengawan Solo. Di Desa Trinil inilah Dubois menemukan fosil gigi (Tr-1), sebuah fosil tempurung kepala pada tahun 1891 (diberi label Tr-2) dan fosil tulang paha (diberi label Tr-3) pada tahun berikutnya. 

Dia mengamati bentuk atau morfologi tempurung kepala Tr-2 ini berbeda dengan bentuk tempurung kepala manusia sekarang (Homo sapiens). Menurutnya, perbedaan morfologi-anatomi ini memberi kesan adanya percampuran antara bentuk tempurung kepala manusia sekarang dan tempurung kepala dari kera besar. 

Oleh karena itu, Dubois yakin, dia telah menemukan suatu missing link makhluk yang menjadi penghubung antara kera dan manusia, dan makhluk ini mampu berjalan tegak seperti halnya manusia.

Temuannya ini kemudian ia namakan pithecanthropus erectus yang artinya manusia kera yang berdiri tegak, dan dalam bahasa populernya orang menyebutnya sebagai Manusia Jawa.

Baca Juga: Ini buktinya, manusia purba Neanderthal lebih cerdas dari perkiraan sebelumnya

Ciri-ciri pithecanthropus erectus

Pithecanthropus erectus, menurut Koenigswald (1973), adalah sejenis manusia tetapi bentuk tubuhnya (morfologi), sedikit berbeda atau istilahnya primitif. Volume otaknya berada di antara volume otak manusia dan golongan kera besar sekitar 1000 cc. 

Selain itu, pithecanthropus erectus mempunyai beberapa karakter morfologi primitif terutama pada tulang kepala dan gigi-geligi. 

Di antaranya mempunyai penebalan tulang pada tulang kening di atas rongga mata yang disebut sebagai supraorbital torus (SOT), tengkorak platycephalic, lebar maksimum tengkorak relatif terletak di sekitar dasar tengkorak, tidak mempunyai dagu (chin), dan tulang kepala yang tebal (Klein, 1989).

Dari segi taksonomi, homo erectus termasuk ke dalam keluarga (famili) hominidae (hominid) bersama-sama dengan manusia (homo sapiens) dan termasuk dalam keluarga besar (superfamili) hominidae (hominoid) bersama-sama dengan kera besar dan kecil. 

Baca Juga: Kerap digunakan sebagai kiasan, air mata buaya mirip dengan manusia

Lalu dari segi filogeninya, banyak orang yang berpendapat bahwa homo erectus adalah nenek moyangnya Homo sapiens purba yang muncul di Eropa dan Afrika sekitar 400-500 ribu tahun yang lalu.

Selain itu, ada beberapa pendapat mengenai nenek moyang homo erectus tersebut ada beberapa pendapat berdasarkan fosilfosil yang ditemukan di Afrika, mulai dari homo habilis atau homo rudolfensis, atau homo ergaster (KNM-ER 3733).

Namun, disepakati bahwa homo erectus pertama kali muncul di Koobi Fora (Kenya), Afrika Timur yang berumur sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. 

Homo erectus juga dianggap sebagai golongan homo yang mampu menyebar atau bermigrasi dari Afrika ke seluruh pelosok Bumi walapun belum diketahui dengan cara apa mereka bermigrasi dan kenapa mereka melakukannya.

Selanjutnya: Tagar tertua berusia 73.000 tahun ditemukan di Afrika Selatan

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru