Namun, untuk pasangan yang baru menikah diperbolehkan tidur bersama di dalam rumah, sampai mereka mempunyai anak maka harus tidur terpisah.
“Sang suami bisa masuk ke rumah ketika ada keperluan khusus, dan itu harus izin terlebih dahulu kepada istri,” terang Husein, ketika ditemui beberapa waktu lalu.
Namun untuk memulai kehidupan rumah tangga di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Masyarakat di desa Ende sudah menetapkan aturan, bahwa setiap wanita yang ingin menikah wajib mempunyai keahlian untuk menenun. Jika belum bisa menenun maka dilarang untuk menikah.
Pembuatan kain tenun merupakan sesuatu yang rumit dan memakan waktu panjang. Misalnya, pembuatan kain tenun bermotif subanale proses pembuatannya bisa memakan waktu sebulan. Maka itu, biasanya anak-anak berusia sembilan tahun sudah diajarkan untuk menenun. Mereka mendapatkan alat tenun yang telah diwariskan oleh keluarganya secara turun temurun.
Sementara bagi kaum pria Suku Sasak yang sudah dewasa, harus bisa melakukan tari Paresean. Ini merupakan tarian untuk menunjukkan kejantanan seorang laki-laki sekaligus tarian meminta hujan turun.
Tarian ini disuguhkan kepada pengunjung sebagai bentuk penghormatan tamu sekaligus memperkenalkan seni tari khas suku Suku Sasak.
Dalam tarian ini, ada dua petarung yang saling baku pukul untuk membuktikan siapa yang paling jantan di antara mereka. Kedua petarung dipersenjatai oleh tongkat pemukul dari rotan.
Untuk melindungi tubuh, para petarung menggunakan tameng yang yang disebut Ende. Tameng ini dibuat dari kulit kerbau yang cukup tebal.
Selain dua petarung, ada juga wasit yang disebut sebagai pakembar yang fungsinya untuk mengawasi dan mengatur jalannya pertandingan.
Pertunjukan tarian Paresean ini diringin dengan musik gamelan khas Lombok. Sehingga, pengunjung tidak hanya menikmati pertunjukan tetapi juga alunan musin gamelan. Jadi, apakah Anda tertarik ke Lombok?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News