Mengintip bisnis homestay 'Desa di Atas Awan'

Rabu, 18 September 2019 | 17:28 WIB   Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie, Dityasa H Forddanta, Jane Aprilyani
Mengintip bisnis homestay 'Desa di Atas Awan'

ILUSTRASI. Homestay di kawasan wisata Bromo


Di desa ini, Lembaga Desa Wisata Gubuklakah lah yang membantu warga untuk mengelola homestay. Misalnya saja, jika ada tamu yang mencari homestay, lembaga yang akan mengaturnya. "Jadi sistemnya digilir. Homestay yang sebelumnya sudah mendapat tamu, tidak akan dapat lagi. Ganti-gantian," jelasnya.

Kini, Muhsin bisa tersenyum. Upaya lembaga untuk mengembangkan pariwisata di Desa Gubuklakah sudah membuahkan hasil. "Saat ini, sudah ada 75 homestay yang terdaftar. Jika ada warga yang ingin membuka penginapan, harus mengajukan izin dulu ke lembaga," jelasnya.

Meski demikian, Muhsin tak cepat berpuas diri. Untuk lebih mengembangkan desanya, dia dan sekelompok warga lain menyiapkan sejumlah program. Misalnya saja, dengan menggelar seminar bagi masyarakat satu kali dalam sebulan. Tujuan dari seminar ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengembangan wisata. "Jadi kami memberikan pelatihan, apa yang bisa dikembangkan selanjutnya oleh warga selain homestay," jelasnya.

Salah satu program yang kini telah dijalankan adalah mengelola sentra oleh-oleh. Sehingga, setiap homestay menawarkan oleh-oleh yang dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar. "Saat ini kami punya sejumlah oleh-oleh yang diproduksi sendiri oleh warga mulai keripik apel, keripik talas, dan masih mau dikembangin lagi cuka apel," ceritanya.

Desa Gubuklakah kini sudah menjelma menjadi desa wisata terbaik di Kabupaten Malang, bahkan dijadikan sebagai desa percontohan. Sejumlah prestasi pun pernah ditorehkan. Sebut saja Juara 3 nasional lomba Desa Wisata 2013 dan Juara 1 Sapta Pesona 2013.

Muhsin berharap, pemerintah tetap memberikan perhatian untuk kemajuan wisata Desa Gubuklakah. "Kami lebih membutuhkan bimbingan dari pemerintah. Ini lebih penting untuk pengembangan desa selanjutnya," tegasnya.

Dia juga berharap agar jaringan internet diperkuat lagi. Pasalnya, internet yang ada saat ini dikelola oleh pihak swasta. "Jaringan ini yang terpenting untuk mempromosikan desa kami," tambahnya.

Sulitnya jaringan internet ini memang dialami oleh Tim Jelajah Wisata Ekonomi KONTAN. Hanya sinyal Telkomsel yang bisa diakses selama kami berada di desa ini. Sedangkan untuk provider lainnya, jaringan tidak ditemukan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru