TEMBAKAU - JAKARTA. Terkait isu prevalensi merokok, beragam cara telah dilakukan. Namun, jumlah perokok di dunia masih terhitung tinggi.
Penelitian terus dilakukan untuk mengatasi masalah prevalensi merokok. Salah satunya melalui pendekatan tobacco harm reduction atau pengurangan bahaya tembakau.
Profesor Sharifa Ezar wan Puteh, Chairman Malaysian Society of Harm Reduction (MSHR) menjelaskan, pendekatan pengurangan bahaya tembakau sebagai salah satu strategi, terus disempurnakan untuk menekan konsumsi rokok.
Melalui pendekatan ini, perokok dewasa diperkenalkan kepada produk tembakau alternatif yang memiliki profil risiko lebih rendah dibandingkan dengan terus merokok.
Terdapat berbagai produk tembakau alternatif yang rendah risiko dalam pendekatan pengurangan bahaya tembakau. Seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.
Baca Juga: Kajian Ilmiah Terkait Tembakau Alternatif Masih Minim
“Produk tembakau alternatif memiliki dampak risiko yang lebih rendah sehingga dapat membantu para pengguna rokok konvensional untuk secara bertahap menghentikan konsumsi rokok,” ujar Sharifa, dalam keteranganya, Rabu (10/5).
Alex Wodak, Konsultan Alkohol dan Penggunaan Obat-Obatan dari St Vincent’s Hospital Sydney, Australia mengungkapkan, potensi penggunaan produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko berpotensi membantu perokok konvensional berhenti mengkonsumsi rokok.
Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik memiliki kandungan 100-200 bahan kimia dengan konsentrasi yang rendah dan tidak mengandung karbon monoksida (CO). Berbeda dengan rokok konvensional yang memiliki kandungan 7.000 zat kimia dengan konsentrasi tinggi termasuk di dalamnya zat yang bersifat karsinogenik dan karbon monoksida.
“Berbagai hasil studi yang dilakukan memperlihatkan efektivitas produk tembakau alternatif seperti vape dalam membantu masyarakat perokok untuk mengurangi konsumsi rokok konvensional," kata Alex. Prinsip pengurangan risiko tembakau juga telah mulai dikenal di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News