Mirip Brompton, harga sepeda Kreuz jauh lebih murah, tapi harus inden

Jumat, 19 Juni 2020 | 11:57 WIB Sumber: Kompas.com
Mirip Brompton, harga sepeda Kreuz jauh lebih murah, tapi harus inden

ILUSTRASI. Sepeda Kreuz, sepeda Brompton buatan Bandung


PRODUKSI SEPEDA - Jakarta. Ketenaran sepeda buatan tangan asal London, Inggris, Brompton tak bisa disangkal lagi. Banyak penggemar sepeda di Tanah Air mengidamkan sepeda Brompton yang harganya mencapai puluhan juta rupiah tersebut. Pesona Brompton semakin menjadi, setelah sepeda itu menjadi salah satu akar masalah penyelundupan barang oleh mantan direktur utama Garuda Indonesia.

Namun bagaimana jika mengidamkan Brompton tapi isi dompet tipis. Sepeda Kreuz jawabannya. Ini adalah sepeda merek lokal yang memiliki desain mirik Brompton.

Bahkan, senasib dengan Brompton, sepeda Kreuz juga merupakan hasil buatan tangan. Adalah Yudi Yudiantara (50) dan Jujun Junaedi (37), dari Bandung yang membuat dan memiliki merek sepeda Kreuz.

Baca juga: Inilah buah-buahan yang jago turunkan kolesterol dalam tubuh

Tidak sengaja

“Asalnya kami membuat tas pannier yang di-press tanpa jahitan dengan sistem quicklock mirip buatan Jerman pada tahun 2018,” ujar Yudi, mengawali perbincangannya dengan Kompas.com, belum lama ini.

Meski mencoba menyaingi kualitas Jerman, tas Kreuz tersebut menawarkan harga lebih murah, bahkan jika dibandingkan dengan produksi China. Pendekatan ini membuat produknya laku keras. “Target kami memang mengalahkan produk China,” tutur Yudi.

Pada tahun 2019, ia berencana mengikuti Indonesia Cycling Festival (ICF) di Senayan, Jakarta. Di saat yang bersamaan itulah, Yudi melihat banyak Brompton.

Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, sepertinya lucu jika tas Kreuz digantung di sepeda Brompton. Namun, harga Brompton mahal. Ditambah saat itu sedang ramai kasus Garuda.

Akhirnya, dua rekanan ini memutuskan membuat sendiri sepeda Brompton untuk display. Mereka membongkar Brompton seri terbaru milik temannya, untuk membuat prototype pertama Kreuz.

“Prototype pertama ini banyak kesalahan. Meski geometris dan wheelbase-nya sama, detail nya ada yang salah. Tapi kalau digunakan sudah enak dan nyaman,” tutur dia.
Rupanya banyak orang yang tertarik dengan prototype ini. Bahkan ada orang yang ingin membeli prototype pertama, dan ada pula yang ingin berinvestasi.

Namun kedua permintaan tersebut ditolak. Sebab Yudi dan Jujun, belum mengetahui kelemahan dari produk ini, dan ia tidak ingin produknya hanya sekadar bisnis.

Kedua orang ini kemudian memproduksi Kreuz dengan bantuan permodalan tanpa bunga dari seorang teman. “Basic-nya memang Brompton. Tapi tekukannya kami buat beda. Kalau Brompton di tengah, kami dari awal. Bentuk kepala juga dibuat berbeda,” ucap dia.

"Begitu pun dengan over size-nya, dibuat beda. Karena Kreuz dibuat untuk kuat di segala medan," sebut Yudi.

Semua pengerjaan dilakukan handmade dengan melibatkan banyak industri kecil rumahan. Mulai dari tukang bubut, tukang cetak plastik, dan lainnya, dengan bahan baku dalam negeri.

“Brompton memang (sudah) membebaskan siapa pun meniru produknya. Tapi kalo full bike enggak akan bisa, karena beberapa sparepart-nya sulit didapat. Kalaupun ada, mahal banget,” ungkap Yudi.

Karena itu, ia memproduksi sepeda dengan kemudahan sparepart. Ada lebih dari 30 sparepart yang dibuat Kreuz. Sejumlah sparepart, bahkan bisa pula digunakan untuk sepeda Brompton.

Inden

Kini, frame set sepeda lipat tiga tersebut dijual seharga Rp 3,5 juta. Bila ingin full bike, minimal akan menghabiskan dana Rp 8 juta.

Namun ia tidak menyarankan full bike. Sebab mendandani sepeda sendiri akan memberikan kebanggaan bagi si pemilik.

Untuk mendapatkan sepeda tersebut, calon konsumen tinggal menghubungi Kreuz melalui WhatsApp kemudian membayar uang muka (DP) 50 persen. Tapi konsumen harus bersabar.

Sebab hingga kini, inden sepeda Kreuz sudah mencapai Februari 2021. “Kami menargetkan produksi setiap bulannya 10-15 unit. Sedangkan jumlah pemesanan mencapai 100 frame. Indennya sampai Februari 2021,” ungkap dia.

Peminat Kreuz datang dari berbagai daerah di Indonesia serta beberapa negara seperti Malaysia dan Sigapura.

Namun Yudi mengaku ingin fokus memenuhi permintaan dalam negeri, sehingga menolak pesanan luar negeri. Begitu pun dengan pesanan dari toko sepeda.

Harus ditolak karena tidak ada barang. Jangankan untuk stok, pemenuhan pesanan customer pun harus inden. Ia pun menolak anggapan orang bahwa sepedanya akan menggaggu Brompton.

Sebab, Yudi meyakini, tidak mungkin Kreuz mengalahkan perusahaan sekuat Brompton. Selama ini, ia mengambil kelebihan dari Brompton, dan mengaplikasikannya di Kreuz. Pasar yang dibidik pun berbeda.

Orang yang memiliki uang, tentu akan tetap mengincar Brompton. "Orang yang tidak memiliki banyak uang namun ingin sepeda berkualitas seperti Brompton, bisa membeli Kreuz," sebut dia.

“Awalnya, kami pasarkan Kreuz ini di Facebook. Nih kami punya 10, silakan siapa yang mau." "Dalam satu jam barang habis, tapi ternyata penjualan seperti itu capek. Jadi kami pakai sistem inden saja sekarang,” ucap dia lagi.

Arti Kreuz

Kreuz berasal dari bahasa Jerman yang berarti melintas. Bagi keduanya, kata ini berarti melintasi zona nyaman. Seperti Yudi yang lama bergerak di bidang kain lukis melintasi zona nyamannya dengan membuat produk bernama Kreuz.

Pemilik Kreuz lainnya, Jujun menambahkan, dalam bahasa Sunda, Kreuz diambil dari kata kareueus yang berarti kebanggaan. Kreuz juga singkatan dari Kreasi Orang Sunda.

Ia berharap Kreuz makin diapresiasi masyarakat Indonesia dan dunia. Ke depan, keduanya sudah menyiapkan beberapa strategi bisnis dan produk baru. "Intinya, tahun depan saatnya Kreuz berlari. Semoga, tak ada lagi persoalan teknis yang mengganjal," tandas dia.

(Kontributor Bandung, Reni Susanti)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kreuz, Sepeda Brompton "Made in Bandung" yang Laris Manis",

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 4 Tampilkan Semua
Editor: Adi Wikanto
Terbaru