BANK INDONESIA / BI – JAKARTA. Museum Bank Indonesia (MuBI) menyelenggarakan pameran temporer dengan tema “Bentengan (Bermain dan telusuri Uang Lewat Cerita Anak) di MBUI, untuk mengedukasi masyarakat mengenai perjalana uang dalam transaksi yang dilakukan anak-anak dari masa ke masa yang direpresentasikan lewat permainan anak.
Dengan menghadirkan pameran ini, MuBI berharap dapat menghadirkan pengalaman kembali bermain bersama di lingkungan sekitar dan di saat yang bersamaan belajar mengenai literasi keuangan di tengah pengaruh gawai dan internet.
Baca Juga: Bank Indonesia: Aliran Modal Asing Keluar Rp 7,90 Triliun pada Pekan Kedua Juli 2025
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Junanto Herdiawan menyampaikan, pameran ini akan berlangsung mulai 24 Juni hingga 24 Agustus 2025, di ruang temporer MuBI dan seluruh museum sebagai playground.
“Kenapa (memilih tema) anak-anak, karena lebih dari 51% sampai 60% pengunjung museum ini adalah anak-anak,” tutur Junanto kepada awak media, Senin (14/7).
Ia membeberkan, pameran ini akan menyajikan sebuah tema bagaimana permainan anak-anak berevolusi dari masa ke masa. Tentunya bukan hanya mainannya saja, terdapat juga cerita bagaimana sistem pembayaran itu juga berevolusi dari masa ke masa.
“Jadi kalau teman-teman semuanya lihat sini, saksikan bagaimana di setiap mainan itu ada uang sebelahnya. Itu uang yang berlaku pada saat permainan itu berada. Tadi ada Rp 100 bergambar badak, ada uang Rp 500 orang utan,” tambahnya.
Baca Juga: OJK Beri Restu Bank Danamon untuk Jadi Induk Konglomerasi Keuangan MUFG di Indonesia
Untuk diketahui, pameran bentengan ini akan menampilkan beberapa koleksi numismatic dan numismatic yang dikemas dengan kerangka cerita “Bermain dan Telusuri Uang Lewat Cerita Anak” dengan empat zonasi.
Pertama, zona digital (2000-sekarang), Era ini menampilkan bagaimana anak-anak saat ini mulai kehilangan ruang gerak untuk bermain bersama-sama secara fisik dan lebih menyukai permainan yang bersifat individual.
Kemudahan transaksi melalui penggunaan uang elektronik telah meningkatkan volume permainan melalui pembelian fitur-fitur permainan. Koleksi akan menampilkan uang-uang terbaru (2000 - sekarang) yang merupakan alat transaksi anak-anak pada saat ini dan berbagai opsi transaksi nontunai seperti QRIS, e-wallet, dan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK).
Kedua, Zona Analog (1979-1990an). Era ini menampilkan bagaimana anak-anak masih memiliki banyak ruang gerak untuk bermain bersama-sama secara fisik di area tertentu. Namun pada saat yang bersamaan, teknologi juga mulai hadir dalam permainan anak-anak.
Baca Juga: Ekonom: Belanja Fiskal Harus Bergerak Agar BI Bisa Turunkan Suku Bunga
Pada masa ini, anak-anak banyak menggunakan uang tunai untuk membeli mainan dan ada produk tabungan yang dikeluarkan oleh pemerintah bernama Tabanas (Tabungan Pembangunan Nasional). Koleksi akan menampilkan uang-uang tahun 1970-1990-an yang bergambar anak-anak dan digunakan sebagai alat transaksi dalam membeli permainan pada masa itu.
Ketiga, Zona Tradisional (1945-1969). Era ini menampilkan bagaimana anak-anak melakukan banyak aktivitas permainan secara bersama-sama di ruangan terbuka. Mereka mencari dan membuat mainannya sendiri dari bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar
Banyak dari permainan yang dilakukan saat itu memiliki filosofi tersendiri yang mengajarkan pesan-pesan moral positif kepada anak-anak. Koleksi akan menampilkan uang-uang dari tahun 1945-1969 dan koleksi perangko yang digunakan dalam berkomunikasi pada era itu.
Keempat, Koda. Zona ini akan menjadi kesimpulan akhir dari pameran yang menampilkan koleksi numismatik Bank Indonesia yang merepresentasikan anak-anak, seperti seri uang untuk The Children of The World edisi tahun 1999 dan Uang Rupiah Khusus Rp75.000 edisi 75 tahun Kemerdekaan Indonesia.
Hal tersebut menunjukkan bagaimana Bl telah lama memperhatikan anak-anak dalam uang pada kebijakannya. Zona ini juga menjadi zona kesimpulan yang mengingatkan keberadaan anak-anak dan orang tua untuk kembali bermain di lingkungan sekitar bersama-sama dan mengurangi penggunaan gawai untuk mencegah dampak negatif dari internet.
Selanjutnya: Minat Rumah Subsidi Masih Tinggi, Tapi Tantangan Belum Reda
Menarik Dibaca: Bentuk Ekosistem Perbankan, Bank Muamalat Gandeng Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News