Ngopi di kalangan milenial: Di antara tren, kemudahan dan cashback

Selasa, 12 November 2019 | 20:06 WIB   Reporter: Ferrika Sari
Ngopi di kalangan milenial: Di antara tren, kemudahan dan cashback

ILUSTRASI. Konsumen menikmati kopi di gerai Starbucks di Jakart. REUTERS/Agoes Rudianto NO RESALES. NO ARCHIVES


KOPI - JAKARTA. Beberapa tahun terakhir, tren konsumsi kopi di Indonesia meningkat seiring menjamurnya kedai kopi hingga cafe. Kegiatan minum kopi telah menjadi gaya hidup di tengah masyarakat. Selain untuk menghilangkan rasa kantuk, kopi juga cocok untuk jadi teman nongkrong dan bekerja.

Sebut saja, Grace Olivia. Perempuan muda ini betah lama-lama nongkrong di Starbucks sambil menyeruput kopi. Menurutnya, kedai kopi kekinian adalah tempat nyaman untuk mengetik berita karena terdapat jaringan wifi, colokan listrik serta pendingin ruangan.

Selain itu, iming-iming potongan harga (cashback) dari GoPay juga buat Grace tertarik. Dengan harga lebih hemat, dia masih tetap bisa minum kopi sambil mengerjakan tugas di tempat yang nyaman.

Baca Juga: Transaksi kantor cabang seret, bank gandeng kedai kopi untuk perkuat kanal digital

“Didukung era cashback, jadi makin terfasilitasi buat ngopi-ngopi, tiap hari lumayan ada bonusnya,” ungkap Grace, Senin (28/10).

Tak jarang, sebelum mengunjungi Starbuck ia mengecek promo menarik apa saja yang ditawarkan Starbucks maupun GoPay. Grace mulai sering membeli kopi melalui aplikasi sejak masuk dunia kerja pada dua tahun lalu. Dalam sekali kunjungan ke Starbucks, ia bisa menghabiskan uang sebesar Rp 50.000 – Rp 100.000.

Grace tidak sendiri. Nyata kehadiran teknologi dalam industri kopi juga telah terjadi di negara lain. Dalam “Using Technology to Drive Growth in the Coffee Industry” yang dimuat di situs Xtalks (2018), Katty Gallo menyatakan bahwa menuju akhir 2018 dan seterusnya, dunia kopi semakin membutuhkan keberadaan teknologi untuk mendorong pertumbuhan industri sekaligus menjawab perubahan zaman.

Alasannya, kehadiran teknologi dalam industri kopi telah memberikan kemudahan, kecepatan serta kenyamanan bagi konsumen untuk membeli kopi. Bermodal telepon pintar, mereka bisa membeli kopi melalui aplikasi dari berbagai jenis pembayaran elektronik, seperti kartu kredit atau debit, Chase Pay hingga Apple Pay.

Pemesanan secara daring juga telah mengubah orang membeli kopi. Sebelumnya, orang-orang harus bertatap muka untuk memilih daftar menu hingga membayar langsung ke kasir. Sekarang, tiap orang bisa memesan kopi melalui bantuan aplikasi tanpa perlu repot ke lokasi.

Baca Juga: Ratusan miliar dana investor mengalir deras ke startup kopi

Orang-orang yang sebelumnya enggan mendaftar atau menaruh uangnya ke akun aplikasi pembayaran kini telah berubah pikiran. Dengan iming-iming promo menarik, mereka akhirnya mau membuka akun dan bertransaksi melalui uang elektronik.

Menariknya, semakin banyak perangkat lunak ini digunakan, semakin banyak perusahaan dapat mengumpulkan data. Dalam tulisannya, Gallo mencontohkan, bahwa pelanggan yang terbiasa membeli Starbucks melalui telepon pintar, membuat jaringan kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) ini memiliki data yang diperlukan untuk menargetkan pesanan dengan benar. Ini memungkinkan adanya iklan dan promosi produk yang disesuaikan kebutuhan individu di aplikasi.

Kondisi ini juga terjadi di Indonesia. Lagi–lagi, faktor kenyamanan dan kemudahan menjadi alasan orang-orang di tanah air keranjingan membeli kopi melalui aplikasi atau pelbagai pilihan dompet digital, seperti GoPay, OVO, DANA Hingga LinkAja.

Terlebih, platform pembayaran elektronik gencar menawarkan berbagai promo menarik untuk menggaet konsumen mau berbelanja. Sekarang promo yang ditawarkan bervariatif. Ada promo dalam bentuk voucher, poin (untuk ditukar atau dibelanjakan lagi), pengembalian uang secara virtual. Jadi, kamu bisa jajan kopi di kafe dengan harga lebih hemat tanpa bikin dompet kering.

Maka tak mengherankan, berbagai kemudahan itu membuat konsumsi kopi di Indonesia meningkatkan signifikan. Selama periode Januari – September 2019, pemesanan kopi di di layanan GoFood meningkat hingga empat kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun 2018.

VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina menjelaskan bahwa kenaikan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan pedagang daring (merchant) kopi baru hingga 2,3 kali lipat lebih banyak dari tahun lalu. Hingga saat ini, ada lebih dari 8.600 merchant di aplikasi GoFood dengan lebih dari 380.000 pilihan menu kopi.

Baca Juga: Menyeruput lagi peluang fulus dari kedai kopi Wolu

“Di sini kami melihat bahwa kopi masih menjadi pilihan favorit para pelanggan GoFood dan masih menjadi bisnis yang menjanjikan bagi penggiat bisnis kuliner nasional,” kata Rosel.

Biasanya, pengguna GoFood lebih banyak memesan kopi pada siang dan malam hari. Untuk siang hari pukul 12.00 WIB- 14.00 WIB, kopi menjadi teman makan siang atau selingan setelah makan. Sedangkan malam hari pukul 18.00 WIB – 20.00 WIB untuk menemani makan malam.

Tak mau kalah, OVO juga melirik potensi kopi. Alat pembayaran digital milik Lippo Group ini gila-gilaan memberikan cashback maupun voucher untuk menarik hati pelanggan. Salah satunya, memberikan double cashback sebesar 30%+30% untuk transaksi pertama di semua mitra dagang OVO.

OVO bahkan menggandeng ribuan kedai kopi yang berada di pusat perbelanjaan maupun gerai-gerai kecil serta melibatkan mereka pada program OVO PayDay. Nama-nama kedai kopi yang menjadi mitra OVO, seperti Kopi Kenangan, Fore Coffee, Maxx Coffee Otten Coffee, Filosofi Kopi, dan Koultoura Coffee.

“Tujuannya untuk menghadirkan pembayaran digital yang lebih mudah dan nyaman. ke depan, kami akan terus menjalin kerja sama dengan berbagai merchant favorit yang memudahkan pengguna setia kami dalam bertransaksi,” ungkap Director of Enterprise Payments OVO Harianto.

Baca Juga: BI: Diaspora Indonesia jadi pasar UMKM masuk pasar mancanegara

Dengan jaringan mitra yang luas, potensi transaksi OVO kian menggemuk. Sampai hari ini, transaksi OVO bisa diakses ke 115 juta perangkat merchant yang tersebar di 354 kota di Indonesia. Dari jumlah tersebut, transaksi terbesar dari aplikasi pembayaran tersebut adalah transaksi transportasi online, transaksi ritel dan menyusul pembayaran di e-commerce.

Dengan begitu, teknologi telah membantu peningkatan bisnis kedai kopi, transaksi elektronik serta memudahkan orang-orang bertransaksi. Memahami hal ini, tidak heran jika industri kopi beralih ke teknologi untuk bisa bertahan dan berkembang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Tendi Mahadi

Terbaru