Trenggono melihat di awal tahun 2000-an, Indonesia sedang memasuki era teknologi mobile telekomunikasi dengan munculnya sejumlah operator seluler dan pengguna ponsel yang terus tumbuh. Ia berkesimpulan bahwa pasti kebutuhan telekomunikasi mobile akan makin besar dimasa mendatang sehingga perlu ditangkap peluang membangun infrastrukturnya yaitu menara.
Bermanfaat bagi publik
Keinginan kuat berbisnis menara telekomunikasi ini sempat dilihat sebelah mata oleh pemerintah yang berkuasa. Ide bisnis ini justru dianggap idealis dan membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa berkembang. "Bahkan, saya ketika bilang potensi bisnisnya besar malah ditertawakan banyak orang karena bisnis ini butuh investasi jangka panjang dan pasarnya masih sedikit," katanya.
Tertawaan dan cibiran ini dikesampingkan Trenggono, ia pun berani memulai bangun sejumlah menara dan paham jika pasarnya belum ada sehingga menyiapkan strategi refinancing setiap tahun untuk investasi membangun sejumlah menara sampai menghasilkan keuntungan. "Dalam tiga tahun saya hanya bisa bangun 70 menara," ujarnya.
Kerja keras dan hasil pemikiran Trenggono mulai membuahkan hasil. Atas nama efisiensi, para operator seluler akhirnya memutuskan untuk menyewa menara ketimbang menghabiskan banyak uang untuk membangun menara sendiri. Alhasil, operator besar seperti Telkomsel. XL, dan Indosat akhirnya menjadi pengguna menara yang dibangun Trenggono tersebut. "Akhirnya mereka mengerti, tapi saya akui sulitnya menjelaskan soal bisnis ini kepada para operator," ujarnya.
Trenggono bilang ide bisnisnya ini bukan menguntungkan bagi dirinya saja selaku pebisnis, melainkan bagi seluruh masyarakat yang menikmati.
Filosofi membangun bisnis yang bermanfaat bagi orang banyak terus dilanjutkan dalam bisnis lainnya. Selain menggeluti bisnis menara, Trenggono juga mengambil peluang untuk menggarap bisnis e-commerce.
Pilihannya untuk berkecimpung di bisnis online shopping tersebut tak lain karena era digital yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat di Tanah Air. Ia pun lantas bergabung dengan e-commerce jd.com asal China untuk membangun jd.id.
Bisnis ini baru digeluti sejak awal tahun 2015 lalu dan berinvestasi sekitar US 200 juta untuk membangun kelengkapan dan infrastruktur jd.id ini. Melalui bisnis ini, Trenggono mengklaim mampu meraup omzet sekitar Rp 50 miliar per bulan.