Saat digitalisasi menjadi bagian dari strategi bisnis

Senin, 20 September 2021 | 10:17 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Saat digitalisasi menjadi bagian dari strategi bisnis

ILUSTRASI. Saat digitalisasi menjadi bagian dari strategi bisnis


EKONOMI DIGITAL -  JAKARTA. Digitalisasi, data dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan bahasa bisnis yang baru dan perusahaan-perusahaan yang bisa menjadi yang tercepat dalam menguasai bahasa ini akan mendapatkan keunggulan kompetitif yang besar.

Menurut International Institute for Analytics, pada tahun 2020, pelaku bisnis yang menggunakan data akan meraih US$ 430 miliar keuntungan dalam bentuk produktivitas dibandingkan dengan para pesaingnya yang tidak menggunakan data. 

Jadi bagaimana sebuah perusahaan mengimplementasikan strategi digital? 

“Saran saya mengenai cara terbaik untuk melakukan digitalisasi adalah dengan memahami strategi bisnis anda dan bagaimana digitalisasi bisa membantu meningkatkan pertumbuhan bisnis, “ kata Professor Ujwal Kayande, Director of the Center for Business Analytics, Melbourne Business School, dalam keterangannya, Senin (20/9). 

Baca Juga: Jurus Mustika Ratu (MRAT) jaga tren positif hingga akhir tahun

“Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan pelaku bisnis adalah tidak memiliki strategi digital yang tertanam dalam operasional bisnis,” tambahnya.

Kayande merujuk pada sektor ritel dimana banyak pelaku ritel memisahkan toko fisik (brick and mortar) mereka dengan toko online mereka. Ini merupakan contoh paling tepat dari tidak menyatukan strategi digital ke dalam strategi bisnis secara keseluruhan. 

“Strategi digital adalah menggunakan teknologi untuk membuat journey pelanggan semulus mungkin,” kata dia. “Ini bukan tentang memiliki website yang lebih baik atau menekan biaya. Ada kebutuhan untuk fokus ke pelanggan seintens sorotan laser,”

Contoh lain adalah dengan memahami bagaimana digitalisasi bisa meningkatkan kualitas layanan lewat teknologi dibanding dengan manusia di berbagai sektor industri. Di Indonesia, bank, restoran, department stores bahkan rumah sakit sudah mulai menawarkan layannanya di platform online. 

“Ini akan menjadi lebih dari sebatas memiliki chat bot. Anda harus jelas mengapa Anda melakukannya dan apakah Anda melakukannya untuk efisiensi misalnya,” tambah Kayande. Tapi ia menegaskan menekan biaya bukanlah sebuah strategi digital.

Baca Juga: Meneropong PPKM dari Perspektif Anggaran

Ia mencontohkan raksasa kosmetik L’Oreal sebagai salah satu perusahaan yang sukses memanfaatkan digitalisasi untuk meningkatkan pengalaman pelanggan. Perusahaan mengakuisisi perusahaan uji coba make up berbasis AR dari Toronto - Modiface yang sebelumnya sudah bekerjasama dengan banyak pesaingnya. 

Dengan mengakuisisi Modiface, L’Oreal memiliki solusi go-to untuk merek besar, memposisikan diri mereka sebagai yang terdepan dalam hal penggunaan AR di industri kecantikan dan memaksa pesaingnya untuk menggunakan solusi yang lain yang lebih sederhana. 

“Aplikasi tersebut memungkinkan pelangan untuk mencoba beragam lipstick, merubah gaya rambut mereka, menggunakan maskara tanpa harus membeli produk terlebih dahulu,” kata Kayande.

Menurutnya, bagian terbaiknya adalah ketika wanita bisa mencoba produk-produk tersebut sebelum memutuskan untuk membeli dan hal ini membuat L’Oreal bisa mengumpulkan data yang bisa menjadi masukan terhadap produk mana yang harus digenjot.

Baca Juga: Ini perkembangan transaksi remitansi di BRI, Bank Mandiri dan BCA

“Ini adalah contoh win-win yang besar tentang bagaimana membuat kehidupan pelanggan lebih mudah di masa depan,” tambah dia. “Itu adalah jantung atau inti dari memiliki strategi yang bagus.”

Bagi perusahaan yang memulai journey digital mereka, ide utama yang perlu mereka pertahankan adalah bahwa digitalisasi berarti menjadi berhasil secara komersil tidak hanya untuk satu tahun atau kuartal tertentu, tapi berhasil untuk masa depan. 

“Bagian yang paling sering perusahaan mengalami salah langkah adalah mereka banyak berbicara mengenai menjadi pelaku bisnis yang lebih baik tapi yang sesungguhnya mereka harapkan adalah menjadi pelaku bisnis yang lebih murah,” kata Kayande.

“Pandangan dunia saya adalah tentang melakukan bisnis yang lebih baik untuk pelanggan anda, bukan melakukan hal-hal yang lebih murah,”pungkasnya.

Selanjutnya: Jumlah fintech lending di Indonesia sudah berkurang 42 sepanjang 2021, ini alasannya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli

Terbaru