Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak banyak sineas muda Indonesia yang berhasil membawa karya mereka hingga ke panggung internasional. Salah satu yang kini menjadi sorotan adalah Marco Jonathan, animator dan sutradara muda asal Indonesia yang meluncurkan trailer perdana serial animasi 3D bergenre sci-fi fantasi berjudul The Heir of Time.
Serial ini akan melakukan debut resminya di MCM Comic Con London 2025, sebuah ajang terbesar bagi para pecinta pop culture dunia.
Perjalanan Marco di dunia perfilman dimulai sejak masa studinya di Inggris. Berbekal mimpi besar dan identitas budaya yang kuat, ia mulai menciptakan karya-karya pendek yang kemudian mendapat apresiasi di berbagai festival.
Karyanya Inception of Silence berhasil masuk nominasi Royal Television Society (RTS) 2024 dan memenangkan Best Student Film di Covent Garden Film Festival 2025. Karya berikutnya, Peace Process, bahkan melesat lebih jauh: meraih penghargaan Best Student Drama 2025, serta memborong Craft Awards di RTS West of England Student Awards untuk kategori Penyutradaraan, Desain Produksi, dan Tata Suara.
Baca Juga: Sinopsis What's Wrong With Secretary Kim, Ada Adipati Dolken & Mawar De Jongh
Rangkaian pencapaian ini bukan hanya deretan trofi, tetapi juga menjadi batu loncatan yang mengokohkan nama Marco di antara talenta muda internasional.
Ide The Heir of Time pertama kali muncul lebih dari lima tahun lalu, ketika Marco masih duduk di bangku kuliah. Ia membayangkan dunia fantasi yang luas, di mana waktu menjadi kekuatan utama, dan konflik antarbangsa menjadi cermin realitas politik dunia nyata.
“Dunia kita penuh dengan dinamika kekuasaan, konflik, dan harapan akan perdamaian. Saya ingin membuat karya yang relevan dengan pengalaman manusia, tetapi dikemas dalam balutan fantasi epik,” tutur Marco dalam keterangan tertulis, Minggu (19/1).
Kisah ini berpusat pada tokoh Sel, putri bangsa Elf sekaligus pewaris tunggal Dinasti Armelion. Terlahir dengan kemampuan mengendalikan waktu, Sel harus belajar menggunakan kekuatan kunonya untuk memulihkan perdamaian setelah dunianya terjerumus dalam perang galaksi.
Dalam perjalanannya, Sel ditemani sahabat-sahabat terdekat, menghadapi konflik lintas generasi, politik, hingga pertempuran antarbangsa.
Yang membuat The Heir of Time berbeda adalah keberanian Marco menyisipkan elemen-elemen budaya Indonesia ke dalam narasi global. Sistem faksi, gaya bela diri, desain kostum, bahkan cara salam dan interaksi sosial banyak mengambil inspirasi dari tradisi Jawa dan Sumatra.
Baca Juga: 10 Film Netflix Terpopuler Hari Ini, Ada Film Horor Waktu Maghrib 2
Lebih jauh, dinamika geopolitik dalam cerita mengambil ilham dari sejarah Nusantara: bagaimana bangsa-bangsa saling berinteraksi, berkonflik, dan mencari titik temu. Hal ini menjadikan The Heir of Time tidak sekadar kisah fantasi, tetapi juga refleksi budaya Indonesia dalam kemasan yang bisa dipahami penonton internasional.
“Saya percaya karya lokal bisa punya suara global. Lewat The Heir of Time, saya ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya kaya budaya, tapi juga mampu menghadirkan cerita yang relevan di panggung dunia,” ujar Marco.