The Queen's Gambit dan Dewa Kipas mengangkat pamor catur

Rabu, 24 Maret 2021 | 19:05 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
The Queen's Gambit dan Dewa Kipas mengangkat pamor catur

ILUSTRASI. Suasana laga catur persahabatan antara WGM Irene Sukandar vs Dewa Kipas Dadang Subur, Senin (22/3/2021) Dok. Tangkapan Layar YouTube Deddy Corbuzier)


PERMAINAN CATUR - JAKARTA. Cabang olahraga catur tidak begitu tersohor untuk menarik perhatian publik layaknya olahraga fisik macam sepakbola, basket, tenis atau bulu tangkis. Namun, olahraga asah otak itu justru menemukan momentum untuk bersemi dikala pandemi Covid-19 ini.

Secara global, serial The Queen's Gambit yang tayang di layanan streaming Netflix mendapat sambutan hangat dari publik. Perjalanan fiksi pecatur wanita Beth Harmon yang diperankan aktris Anya Taylor-Joy menarik banyak penggemar di akhir 2020.

Kepopuleran The Queen's Gambit pun diganjar dua piala Golden Globe 2021 untuk kategori serial terbatas terbaik dan aktris serial terbaik. Di dunia nyata, mengutip salah satu pemberitaan, eBay dikabarkan mencatatkan peningkatan 273% pencarian permainan papan catur setelah The Queen's Gambit dirilis.

Di era digital, panggung permainan catur pun tak hanya di atas papan dengan 64 petak hitam-putih dan 32 bidak. Chess.com, menjadi salah satu platform tanding catur online yang paling digemari.

Baca Juga: Disaksikan 1 juta penonton, GM Irene Sukandar menyisir Dewa Kipas dengan skor 3:0

Dari platform online Chess.com itulah, euforia catur tahun 2021 di Indonesia bermula. Fenomena itu diawali dengan polemik antara Dadang Subur alias "Dewa Kipas" dan pecatur internasional Levy Rozman alias "GothamChess".

Mengalahkan GothamChess, Dewa Kipas dituduh curang. Akun Dewa Kipas pun diblokir oleh Chess.com. Fenomena Dewa Kipas semakin berhembus kencang. Pasca pesohor kenamaan Deddy Corbuzier memfasilitasinya di kanal YouTube yang memiliki lebih dari 13 juta subsciber.

Polemik itu pun lantas menarik perhatian Women Grand Master (WGM) Irene Kharisma Sukandar. WGM Irene mengirimkan surat terbuka yang pada pokoknya ingin polemik tersebut tidak menodai percaturan profesional Indonesia.

Deddy Corbuzier tak tinggal diam. Master mentalist itu pun mempertemukan Dewa Kipas dan WGM Irene untuk dwitarung yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Deddy. Gayung bersambut, duel itu digelar Senin (22/3).

Siapa menyangka, dwitarung yang disiarkan langsung pada pukul 15:00 WIB menarik minat publik Indonesia, bahkan dunia. Penonton live streaming pun menyentuh angka 1,25 juta. Hingga tulisan ini dibuat, penonton Dewa Kipas vs WGM Irene Sukandar sudah mencapai 8,61 juta dan menduduki trending #1.

Tak hanya membuat catur semakin populer, roda bisnis dari pertandingan itu pun bergulir kencang. Dengan total hadiah Rp 300 juta, Irene yang menekuk Dewa Kipas di tiga partai tanpa balas itu menggondol uang Rp 200 juta.

Diakui Irene, hadiah itu setara dengan hadiah medali emas di level SEA Games. Tak pulang dengan tangan kosong, Dewa Kipas pun tetap meraup uang Rp 100 juta meski kalah 3-0 dari Irene.

Angkat pamor catur

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kristianus Liem mengamini bahwa fenomena tersebut mengangkat pamor olahraga catur di mata publik. "Dampaknya terasa banget. Orang-orang jadi ramai ngomongin dan main catur," kata Kristianus kepada Kontan.co.id, Rabu (24/3).

Dampak secara langsung dirasakan secara individu oleh Irene Sukandar. Bahkan kolega Irene sesama pecatur wanita, Chelsie Monica, yang kala itu menjadi komentator pertandingan, ikut menanggung berkah.

"Saya dengar dampak langsung untuk mereka sudah terasa. Di Instagram follower-nya meningkat berkali lipat. Mereka juga dapat endorse di sosial media," sebut Kristianus.

Namun untuk catur sebagai cabang olahraga, dampak dari fenomena Dewa Kipas ini tak akan instan. Butuh waktu tahunan untuk bisa menggembleng atlet hingga mendulang prestasi profesional.

Pertandingan Dewa Kipas vs Irene ini diharapkan bisa menjadi pertarungan yang memotivasi, bahwa catur sebagai profesi bisa menghidupi. Meski tidak bisa disejajarkan, namun pertandingan tersebut diharapkan bisa membawa inspirasi layaknya duel Bobby Fischer melawan Boris Spassky pada tahun 1972.

Pasalnya, pertandingan tersebut memotivasi banyak orang untuk bermain dan menggeluti dunia catur. Grand Master kenamaan Indonesia yang juga Ketua Umum Percasi Utut Adianto dikabarkan terinspirasi oleh duel yang bertajuk "Pertandingan Catur Abad ini" tersebut.

"Saya kira dampak seperti itu bisa saja ada, tapi nanti belakangan ketahuannya. Setelah mereka jadi bintang, mungkin mereka bisa cerita, jadi gandrung catur setelah menonton pertandingan itu," ujar Kristianus.

Baca Juga: Setelah kalahkan Dewa Kipas, GM Irene: Nilai hadiah Rp 200 juta setara emas SEA Games

Editor: Khomarul Hidayat

Terbaru