Yuk, cari tahu tentang proses pembentukan awan dan jenis-jenisnya

Selasa, 15 September 2020 | 14:04 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Yuk, cari tahu tentang proses pembentukan awan dan jenis-jenisnya


EDUKASI -  Buah hati Anda mungkin pernah bertanya tentang awan yang ada di langit. Mereka mungkin juga pernah berandai bisa menaiki awan. 

Awan memang tampak indah dilihat, terlebih saat langit sedang cerah. Warna putihnya kontras dengan birunya langit. 

Pengertian awan adalah benda langit yang terbentuk dari butiran air yang mengembun. Awan tersebut cukup ringan sehingga bisa melayang di udara.

Lalu bagaimana proses terbentuknya awan? Ada beberapa proses yang membentuk awan. Yang paling umum adalah penguapan air. 

Baca Juga: 5 Fakta letusan Gunung Krakatau tahun 1883, letusannya terasa hingga Australia

Proses terjadinya awan

Melansir dari NASA Climate Kids, air yang menguap kemudian berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran tersebut kemudian mengembun saat berada di langit.

Proses terbentuknya butiran air menjadi embun disebut kondensasi. Partikel yang melayang di udara membantu proses terjadinya kondensasi.

Partikel tersebut di antaranya seperti debu, serbuk sari, dan bakteri. Permukaan dari partikel menjadi tempat dimana uap air mengembun. 

Beberapa awan terbentuk dengan bantuan angin. Bersumber dari National Center for Atmospheric Research, angin bertiup ke arah pegunungan dan terdorong ke atas atmosfer. 

Baca Juga: Yuk, cari tahu tentang macam-macam sistem pernapasan pada hewan

Jenis-jenis awan

Awan memiliki beberapa jenis tergantung dengan ketinggiannya. Jenis-jenis awan tersebut:

  • Awan tinggi

Awan ini terletak paling tinggi di antara awan lainnya. Awan ini berada di ketinggian 5-13 kilometer di atas permukaan laut. 

Awan jenis ini tidak berhubungan dengan cuaca yang ada di daratan. Awan yang masuk dalam jenis awan tinggi antara lain:

Pertama, Cirrus. Awan ini terbentuk dari kristal es yang membentuk serat panjang di langit. Awan cirrus terlihat seperti bulu ekor kuda yang panjang dan tipis.

Kedua, Cirrocumulus. Awan ini berbentuk seperti gumpalan kapas yang menyebar di langit. Cirrocumulus berwarna putih tapi kadang muncul dengan warna keabuan. 

Ketiga, Cirrostratus. Awan cirrostratus berbentuk seperti lembaran tipis awan yang menutupi langit. Saking tipisnya, cahaya matahari atau bulan bisa membentuk halo jika melewati awan ini. 

Baca Juga: Mengapa air laut asin? Ini penjelasan asal-usul rasa asin di air laut

  • Awan menengah

Awan ini berada di ketinggian 2-7 kilometer dari atas permukaan laut. Awan yang masuk jenis ini adalah:

Pertama, Altocumulus. Awan ini biasa digunakan untuk menentukan hujan. Altocumulus berwarna putih keabuan dengan warna gelap di salah satu sisinya. Jika awan ini muncul di pagi hari yang hangat, bisa dipastikan sorenya akan hujan.

Kedua, Altostratus. Awan jenis ini juga merupakan tanda akan datangnya hujan. Warna altrostratus adalah abu-abu atau biru keabuan. Jika ada awan ini besar kemungkinan akan terjadi hujan yang terus-menerus. 

 

  • Awan rendah 

Awan ini terletak di ketinggian kurang dari 3 kilometer di atas permukaan laut. Awan yang masuk kategori ini antara lain:

Pertama, Stratus. Awan jenis ini terlihat seperti kabut tapi tidak menyentuh tanah. Warnanya keabuan dan menutupi hampir seluruh langit. 

Kedua, Stratocumulus. Awan ini berbentuk gelombang yang padat dan berwarna keabuan. Kadang stratocumulus berjejer membentuk garis, kadang terpecah-pecah. 

Ketiga, Nimbostratus Awan ini berwarna abu-abu gelap dan berada di level terendah di langit. 

Baca Juga: 4 Cara meningkatkan EQ pada anak, penting untuk kesuksesannya

  • Awan yang tumbuh secara vertikal

Awan ini berada di ketinggian mencapai 13 kilometer dari permukaan laut. Awan yang masuk klasifikasi awan ini antara lain:

Pertama, Cumulus. Awan ini berbentuk seperti kapas yang menggembung. Cumulus bisa berwarna putih atau abu-abu. 

Kedua, Cumulonimbus. Awan cumulonimbus bisa menimbulkan hujan dengan kilatan hingga tornado. Awan ini bisa tumbuh hingga ketinggian 10 km. 

Selanjutnya: Agar tetap produktif selama gap year, yuk lakukan kegiatan ini

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Tiyas Septiana

Terbaru