Bos Rans Cilegon FC curhat soal nasib bisnis sepak bola gara-gara tak ada kompetisi

Senin, 05 Juli 2021 | 08:00 WIB   Reporter: Arfyana Citra Rahayu
Bos Rans Cilegon FC curhat soal nasib bisnis sepak bola gara-gara tak ada kompetisi


SEPAK BOLA -  JAKARTA. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan untuk menunda perhelatan kompetisi sepak bola liga 1 dan liga 2 musim 2021-2022.

Penundaan ini dilakukan lantaran situasi pandemi Covid-19 yang sedang mengkhawatirkan dalam beberapa waktu belakangan. Tentu hal ini berdampak pada bisnis sepak bola secara umum.

Rudy Salim yang saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur Prestige Motocars, memilih nyemplung ke bisnis sepak bola pada awal tahun ini bersama rekannya Raffi Ahmad. Pada Maret 2021, Rudy dan Raffi mengakuisisi klub sepak bola Cilegon United FC yang saat ini namanya menjadi Rans Cilegon FC.

Baca Juga: Mainan baru para youtuber Indonesia: Mengakuisisi dan mendanai klub sepakbola!

Rudy tidak sungkan membagikan ceritanya kepada Kontan.co.id  mengenai dampak pandemi terhadap bisnis sepak bolanya dan bagaimana strategi untuk mengelola tantangan tersebut.

"Tentunya dengan adanya penundaan kompetisi sangat berdampak bukan hanya bagi pemilik klub, tetapi banyak stake holder lainnya, misalnya pemain, pelatih, petugas lapangan, pelaku UMKM dan lainnya. Di sisi lain, secara mental juga tidak baik bagi pemain, di mana mereka berlatih tiap hari tapi belum jelas kapan bertandingnya," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (4/7).

Memang secara umum, Rudy melihat bahwa pandemi Covid-19  tidak hanya berdampak pada bisnis sepak bola, tetapi juga ke sektor lainnya semisal pariwisata dan penerbangan.

Lebih lanjut, Rudy menjelaskan, jika membandingkan struktur permodalan dan biaya antara klub sepak bola dengan sektor  industri lainnya yang terdampak pandemi, tentu berbeda.

Pada industri penerbangan misalnya, butuh modal kerja dan biaya yang besar. Sedangkan, klub bola pengeluaran terbesar untuk gaji pemain dan pelatih.

"Selain gaji untuk pemain dan pelatih, biaya lainnya tidak terlalu besar. Sampai sejauh ini, kami masih sanggup menutupi biaya klub sepak bola yang kami kelola," ujarnya.

Baca Juga: Bangun sekolah sepak bola, Raffi Ahmad siapkan lahan 10 ha di Sentul Bogor

Tak heran, Rudy bisa melakukan subsidi silang ke bisnis sepak bola dari beberapa lini bisnis lainnya yang tidak terlalu kena dampak dan masih memberikan keuntungan.

Sejatinya, Rudy memutuskan untuk mengakuisisi klub sepak bola bukan hanya karena melihat prospek jangka pendek saja, melainkan prospek jangka panjang dan peluang bisnis lainnya yang gurih.

"Pertimbangan kami mengakuisisi klub sepak bola karena memang sepak bola adalah olahraga terpopuler se-Indonesia. Jangkauannya luas sekali dan sepak bola juga merupakan media komunikasi yang efektif selain media sosial tentunya. Belum lagi efek penggemar fanatik dan potensi menjadi penggemar Rans Cilegon FC ketika nanti kompetisi dijalankan," bebernya.

Hal lainnya, lanjut Rudy, di tengah pendemi pun kompetisi sepak bola sebenarnya bisa di jalankan. Dia mencontohkan perhelatan liga di Eropa masih bisa berjalan musim lalu meskipun tanpa penonton. Maka dari itu, saat ini Rudy mengungkapkan sedang  menunggu terobosan dari PSSI.

Dia berpesan, poin paling utama jika kompetisi dijalankan di tengah pandemi, tentu semua harus tertib menjalankan protokol kesehatan baik pihak penyelenggara maupun penonton.

"Di sisi penonton harus menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Selama pendemi nonton saja dari rumah lewat televisi," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Yudho Winarto

Terbaru