MINUMAN BERALKOHOL - JAKARTA. Investasi terhadap safe haven dinilai masih menarik. Hal ini mengingat kondisi perekonomian global yang belum menentu. Salah satu aset safe haven yang layak dimiliki ialah barang koleksi.
Selain lukisan atau berlian yang lebih sering dipakai untuk investasi barang koleksi, ada pula koleksi lain yang layak menjadi barang investasi yaitu wine.
Di salah satu artikelnya, The Economist pernah membahas mengenai investasi wine. Bahkan, dari judulnya saja The Economist mengatakan bahwa investasi wine ini telah mengalahkan pasar saham. Dalam hal ini, mereka lebih menyoroti wine jenis Burgundy.
Baca Juga: Harum aroma kopi menyerbak di Kota Tua
Di dalam artikel tersebut dikatakan bahwa wine Burgundy ini menggantikan wine Bordeaux yang sempat populer satu dekade lalu.
Berdasarkan WineBid, salah satu juru lelang wine online terbesar, mencatatkan sejak tahun 2003 data menunjukkan penjualan penuh wine yang terbuat dari pinot noir ini mencapai 1,6m lot.
Data ini mencakup 33.000 wine dengan 50-500 label paling mahal dari masing-masing daerah. Pada akhir 2018, Red Burgundy ini sudah mendapat imbal hasil 497% sedangkan untuk s&p 500 mendapat imbal hasil 279%
Baca Juga: Donald Trump: AS-Jepang capai kesepakatan awal tarif perdagangan
Seorang kolektor wine, Yohan Handoyo mengatakan bahwa situasi ini tak berlaku di Indonesia. Ia mengatakan bahwa potensi investasi wine di Indonesia masih sangat kecil. Hal ini dikarenakan pasar investasi wine di Indonesia belum ada.
“Exchange marketnya tuh cuma ada di London, Amerika, dan Hongkong. Di Amerika saja lewat balai lelang kebanyakan,” ujar Yohan.