Melihat perjalanan suaka si maskot Jakarta di Pulau Kotok

Minggu, 18 Agustus 2019 | 07:33 WIB   Reporter: SS. Kurniawan
Melihat perjalanan suaka si maskot Jakarta di Pulau Kotok


JAKARTA - JAKARTA. Elang bondol beken sebagai maskot Provinsi DKI Jakarta. Tapi, hewan endemik Ibu Kota RI dengan ciri khas warna putih pada kepala hingga sebagian dada ini terancam punah, bahkan sudah jarang terlihat di Kepulauan Seribu.

Karena itu, elang bondol menjadi hewan yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Melihat populasinya di ambang kepunahan, Jakarta Animal Aid Network (JAAN) melakukan konservasi Elang Bondol sejak 2005. 

Program mereka adalah sanctuary alias suaka bagi elang bondol dengan kondisi fisik beragam. Pusat Sanctuary Elang Bondol berada di Pulau Kotok yang masuk dalam gugusan Kepulauan Seribu.

Di pulau ini, terdapat 29 elang bondol yang bernama Latin Haliastur Indus dan kandang raksasa bertuliskan "Sanctuary". Kandang ini berisi beberapa elang bondol yang cacat, alhasil tidak bisa dilepasliarkan lagi.

Baca Juga: Pertamina ajak milenial dukung pelestarian elang bondol

Menurut Benvika, pengurus JAAN, di dalam kandang tersebut, elang bondol mengalami patah sayap sehingga tidak bisa terbang, atau matanya luka karena terkena jaring penangkap burung. 

“Elang ini sitaan dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) yang melalukan operasi di beberapa daerah. Mereka dipelihara manusia di dalam sangkar yang sempit, sehingga berisiko sayap patah. Bahkan, dengan menjadi binatang peliharaan, membuat elang bondol kehilangan nalurinya menangkap ikan hidup,” jelas Benvika dalam siaran pers, Ahad (18/8).

Itu sebabnya, konservasi elang bondol di Pulau Kotok terdiri dalam beberapa bagian. Bila satwa berjulukan layang-layang sang Brahma kondisi fisiknya baik, akan masuk ke kelompok Treatment 1 atau berada dalam kandang besar.

Baca Juga: Keberadaan burung garuda kembali ditemukan

Mereka mendapat pakan ikan mati di dalam kolam buatan. Perlahan, elang-elang itu akan mulai mencoba pakan ikan hidup untuk merangsang naluri berburu, kelak saat dilepas ke alam bebas.

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru