JEP MOROTAI - MOROTAI. Tak hanya punya "surga" bahari serta kisah sejarah Perang Dunia II dan pembebasan Papua, Morotai juga memiliki harta berupa potensi agrowisata. Satu diantaranya kelapa bido, varietas kelapa asli Morotai.
Jika Anda mengunjungi pulau di tepi Samudera Pasifik ini, sempatkan mampir ke Desa Bido di Morotai Timur. Dari Desa Bido konon kelapa bido berasal. Saat ini pun, pohon kelapa bido masih terkonsentrasi di desa tersebut.
Dengan moda roda empat via perjalanan darat, para pelancong bisa sekalian jalan mengunjungi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), lalu menyusuri wisata pantai di Pantai Batu Lobang, Pantai Nunuhu, hingga Tanjung Gorango.
Dari pusat kota Morotai di Daruba, diperlukan waktu sekitar satu jam untuk sampai ke Desa Bido. Tim KONTAN Jelajah Ekonomi Pariwisata menggelar telusur itu pada 4 September 2019.
Di Desa Bido, pohon kelapa bido terlihat sebagai tanaman rumahan yang tertata di halaman. Ukuran pohonnya memang pendek, meski buahnya tak kalah besar dengan ukuran jenis kelapa pada umumnya.
Menurut Anton Barmula, salah satu pembudi daya kelapa bido di Desa Bido, ada sekitar 2.000 pohon yang tumbuh di desanya. Kebanyakan, kata Anton, di tanam di halaman rumah warga.
"Kelapa ini menurut cerita-cerita orang tua, di dapat dari laut yang hanyut. Lalu diangkat, dan ditanam di desa ini," tutur Anton.
Ia menyebut, pohon ini lebih cocok ditanam di tanah Morotai, khususnya di Desa Beda. "(Ditanam) di tempat lain bisa. Tapi lebih cocok di sini, karena pasir putih, yang lain kan pasir hitam," kata dia.
Anton mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai sejatinya telah mengeluarkan larangan untuk mengedarkan bibit kelapa bido di luar Morotai, dengan maksud untuk memprioritaskan pengembangan kelapa khas itu di daerah setempat.
"Kalau ada wisatawan yang ingin bawa bibit, di Daruba (pusat kota Morotai) suka diperiksa. Tapi memang sulit, banyak yang lolos," kata Anton.
Ia bilang, buah dan bibit kelapa bido cukup diminati, terutama oleh warga Morotai di luar Desa Bido. Satu tunas kelapa bido biasanya dihargai Rp 50.000, sedangkan harga buah kelapa mudanya berkisar di angka Rp 20.000.
Sayang, tidak ada data yang dibukukan dalam transaksi jual beli buah dan bibit kelapa bido ini. Yang jelas, setiap minggunya selalu ada pembeli. "Banyak yang minat, biasanya yang beli dari desa lain," ujar Anton.
Anton mengatakan, cara tanam kelapa bido sama seperti kelapa pada umumnya. Uniknya, ukuran pohonnya tumbuh lambat namun berbuah cukup cepat.
Tingginya hanya berkisar 3 meter hingga maksimal 9 meter. Anton bilang, dalam tiga tahun sudah kelapa bido sudah bisa dipanen. Dalam satu tandan, bisa ada 30 buah kelapa bido.
"Jadi cocok ditanam di halaman rumah. Tingginya lama, bahkan sering juga buahnya sampai bisa menyentuh tanah," terangnya.
Hasil kajian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Balitbangtan) pun mengkonfirmasi apa yang disampaikan Anton. Mulai berbuah di umur 3 tahun, kelapa bido rata-rata berukuran 2,5 kg per butir.
Dalam rentang usia 60 tahun, tinggi batang kelapa bido hanya mencapai 9 meter. Sedangkan untuk jenis kelapa pada umumnya di usia yang sama, tingginya bisa mencapai lebih dari 20 meter.
Kelapa Bido Morotai ini menjadi Varietas Unggul Baru (VUB) kelapa yang sudah dirilis Balitbangtan pada 21 April 2017.
Selain dapat dikonsumsi, menurut kajian Balitbangtan, kelapa bido memiliki potensi hasil kopra lebih dari 4 ton per hektare selama setahun, dengan berat kopra per butir sebanyak 320 gr dan kadar minyak 58,34%.
Melihat potensinya sebagai penggerak agrowisata dan produk pertanian, pengelolaan kelapa bido sejatinya layak mendapatkan perhatian serius dari Pemkab Pulau Morotai. Apalagi, Pemkab Pulau Morotai pun memang hendak menjadikan pariwisata dan pertanian sebagai sektor unggulannya.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pulau Morotai Nona N. Duwila, ada tiga sektor unggulan yang akan dikembangkan di Morotai. Ketiga sektor itu adalah pariwisata, perikanan dan juga pertanian.
"Sektor unggulan itu jadi ujung tombak kami. Nantinya ketiga sektor itu ditunjang oleh sektor-sektor lainnya," kata Nona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News